Lihat ke Halaman Asli

JPIC Kapusin Medan

Capuchin Brother

"Selamat Menunaikan Ibadah Puasa", Ucapan Solidaritas

Diperbarui: 14 April 2021   07:28

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Diambil dari kalderanews.com

Ada yang menarik tahun ini. Pertama, empat puluh hari yang lalu, umat Katolik menjalankan masa puasa dan pantang dengan beberapa pedoman yang telah digariskan ajaran Gereja. Selama masa puasa, seluruh umat melakukan pertobatan dan pemeriksaan batin serta berkomitmen menjadi manusia baru. Dan, masa pertobatan ini ditutup dengan hari kebangkitan Yesus Kristus.

Sebelum memulai masa puasa, beberapa teman dan kenalan non-kristiani memberikan ucapan "Selamat Memulai dan Menjalani Masa Puasa!" Memang, di masa puasa sebelumnya pun ada yang mengucapkannya. Tapi, kali ini sudah lebih banyak. Diriku senang, bahwa bibit-bibit solidaritas itu pelan-pelan tumbuh. 

Apalagi, saat Minggu Paskah, 4 April 2021 yang lalu. Sederetan ucapan Selamat Paskah masuk ke notif ibox medsos saya. Wah, makin senang. Rasa cemas karena teror di Minggu Palma berubah menjadi suka cita atas tali persaudaraan jarak jauh. Ada solidaritas dalam duka, ada solidaritas dalam suka, meski bukan mereka yang mengalaminya.

Kedua, setelah kami (umat kristiani) merayakan Paskah dan menjalani masa paskah selama tujuh pekan, saudara-saudari kaum Muslim memulai masa puasanya. Pemerintah menetapkan 1 Ramadhan 1442 H pada 13 April 2021, kemarin. Memang, cara berpuasa orang Kristen dan Islam berbeda. Tapi, yang mau dicapai adalah kemenangan atas godaan yang melanggar puasa (dan pantang). Tidak mudah. Justru niat dan ketulusan hati akan selalu didatangi bisikan untuk melanggar puasa.

Oleh karena situasi ini, saya berinisiatif menyampaikan ucapan solidaritas bagi seluruh teman dan kenalan. Semoga mereka tetap setia dan kuat menjalankan amanah puasa yang digariskan dalam agamanya hingga sampai pada hari kemenangan.

***

Tidak ada salahnya untuk saling menyampaikan ucapan keagamaan. Allah memberikan kapasitas untuk berkata-kata, berpikir, bertindak, merasa, dan bersolidaritas kepada setiap orang. Yah, mari dioptimalkan. 

Dengan saling menyampaikan ucapan seperti itu, jalinan tali persaudaraan (yang saling berbeda) akan makin kuat. Solidaritas makin tumbuh. Warna perbedaan akan semakin cerah dan indah. Malahan, kalau ada yang anti untuk saling memberikan salam, orang demikian perlu dinasihati dan dicerahi budinya agar tidak keliru dan sesat.

Menarik bagi saya tulisan di kaos produksi Official Kompas. "Berbeda-beda di dunia maya, nyatanya kita satu saudara". Kata berbeda-beda dan satu saudara ditulis dengan huruf tebal. Pasti ada maknanya! Kalau boleh menebak, maksud dari cetak tebal kata-kata tersebut tidak lain dari yang saya tafsirkan di atas. 

Umat manusia terlahir dalam keunikan, keotonomian, dan kebebasannya. Ia bebas pilih ini atau itu. Tidak ada yang melarang. Namun, kebebasan itu janganlah sampai pada fanatisme yang keras. Contoh, hanya diriku, hanya aku dan kau, hanya kami, hanya keluargaku, hanya kelompokku, dan sebagainya. Yang lain diabaikan atau dianggap tidak ada. Bukan.

Kita mesti ingat, bahwa masih ada orang lain yang menjadi saudara. Entah perbedaannya tipis atau tebal, dia tetap saudara. Malahan satu saudara! Yakni saudara manusia.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline