Lihat ke Halaman Asli

JPIC Kapusin Medan

Capuchin Brother

Hal-hal yang Bisa Kita Pelajari dan Aplikasikan dari Dokumen Abu Dhabi

Diperbarui: 4 Februari 2021   18:10

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

www.dokpenkwi.org

"Iman menuntun orang beriman untuk memandang dalam diri sesamanya seorang saudara lelaki atau perempuan untuk didukung dan dikasihi. Melalui iman pada Allah, yang telah menciptakan alam semesta, ciptaan, dan seluruh umat manusia (setara karena rahmat-Nya), umat beriman dipanggil untuk menyatakan persaudaraan manusia ini dengan melindungi ciptaan dan seluruh alam semesta serta mendukung semua orang, terutama mereka yang paling miskin dan yang paling membutuhkan. (Pendahuluan Dokumen Abu Dhabi)"

Kita patut mengapresiasi usaha yang telah dilakukan oleh Paus Fransiskus kala berkunjung ke Uni Emirat Arab pada 3-5 Februari 2019 yang lalu. Diinpirasi oleh pertemuan Fransiskus dari Assisi dengan Sultan Malik Al-Kamil  untuk mencari solusi perdamaian, Paus Fransiskus mencoba meneruskan usaha mulia itu untuk bertemu dengan Imam Besar Al-Azhar, Sheikh Ahmed el-Tayeb. Di satu sisi, pertemuan ini sempat menggemparkan dunia sebab dua pemimpin agama besar dunia itu bertemu dan saling merangkul satu sama lain. Di sisi lain, dunia kagum dan salut atas pertemuan keduanya yang membahas toleransi, dialog, dan kerja sama di antara umat Katolik dan Islam. 

Keduanya makin mantap menjalin keharmonisan di antara umat beragama dengan menandatangani "The Document on Human Fraternity of World Peace and Living Together" atau dalam bahasa Indonesia: "Dokumen tentang Persaudaraan Manusia untuk Perdamaian Dunia dan Hidup Beragama" pada 4 Februari 2019. Dan hari ini, menjadi anniversary kedua dokumen tersebut. Dokumen ini pun dianggap sebagai modul berharga untuk membangun perdamaian dan menciptakan hidup harmonis di antara umat beragama.

Poin Penting yang Menjadi Roh Dokumen Abu Dhabi

Sebenarnya, apa yang dipaparkan dalam Dokumen Abu Dhabi bukanlah hal baru dan sungguh bersangkut paut dengan kehidupan manusia. Hanya, dokumen ini hendak mengundang dan mengimbau setiap orang, tanpa kenal agama untuk mencermati dengan lebih serius perbedaan yang dijadikan sebagai tembok pemisah yang menyebabkan perang, permusuhan, dan kebencian.

Dalam dokumen ini, poin yang urgen untuk diperhatikan adalah:

1. Setiap manusia itu setara dalam hak, kewajiban, dan martabat. Kita dipanggil untuk hidup dengan kebaikan, cinta, dan kedamaian sebagai saudara dan saudari.

2. Al-Azhar al-Sharif dan umat Muslim Timur dan Barat menerima budaya dialog, kerja sama, saling pengertian bersama-sama dengan Gereja Katolik.

3. Ada usaha bersama memproklamirkan budaya toleransi dan hidup damai ke seluruh dunia.

4. Menolak ekstremisme, agnostik, fundamentalisme agama, dan penghancuran diri individual dan kolektif.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline