Lihat ke Halaman Asli

Tiara Abdhie

Mahasiswi

Bidikan Retorika Dakwah

Diperbarui: 2 Juli 2024   20:53

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Oleh: Syamsul Yakin dan Tiara Abdhie

Dosen dan Mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Sasaran retorika dakwah mencakup seluruh manusia dari berbagai kalangan, ras, agama, dan suku manapun. Sebagaimana Nabi Muhammad meyampaikan dakwah berdasarkan kepada firman Allah yang tertulis di dalam kitab suci Al-Quran, sasaran dakwah retorika pun dapat merujuk kepada hasil dari respons manusia terhadap apa yang disampaikan Allah Swt. Di dalam kitab suci-Nya.

Terdapat satu ayat di dalam Al-Quran, yakni pada Surat Fathir ayat 32 yang artinya, "Kemudian kitab itu Kami wariskan kepada orang-orang yang Kami pilih di antara hamba-hamba Kami, lalu di antara mereka ada yang menganiaya diri mereka sendiri dan di antara mereka ada yang pertengahan dan di antara mereka ada (pula) yang lebih dahulu berbuat kebaikan dengan izin Allah."

Melihat kepada ayat tersebut, manusia mendzalimi diri mereka sendiri sebagai respons pertama terhadap kitab suci Al-Quran.

Adapun menurut Tafsir Ibnu Katsir, mereka adalah orang yang melalaikan sebagian dari perintah Allah yang wajib dan justru mengerjakan apa yang dilarang.

Sebagai contoh, Allah Swt. Telah melarang manusi untuk menyembah berhala, tapi seseorang yang lalai itu justru melakukan yang sebaliknya. Contoh lainnya adalah sebagaimana dalam Al-Quran diperintahkan untuk membayar zakat, seseorang yang lalai ini justru enggan untuk membayar zakat.

Respons mereka terhadap perintah-perintah Allah ini menunjukkan bahwa mereka adalah kalangan kafir yang merupakan sasaran pertama retorika dakwah.

Sementara kelompok dua dalam ayat tersebut berada di pertengahan. Mereka yang berada di golongan ini bimbang akan kebenaran Al-Quran. Kepercayaan yang belum sepenuhnya ini menyebabkan golongan kedua tidak sempurna dalam mengamalkan perintah-perintah yang ada di dalam Al-Quran.

Sikap kaum ini telah ditegaskan di dalam Quran Surat Al-Baqarah ayat 23 yang artinya, "Dan jika kamu (tetap) dalam keraguan tentang al Qur an yang Kami wahyukan kepada hamba Kami (Muhammad), buatlah satu surat (saja) yang semisal al-Quran itu."

Menurut Ibnu Katsir, karakter golongan kedua yang lainnya adalah mereka mengerjakan perintah dan meninggalkan larangan sesuai dengan syariat yang telah dianjurkan, namun di lain sisi mereka enggan untuk mengerjakan sunnah yang dianjurkan dan justru mengerjakan perbuatan-perbuatan yang disarankan untuk ditinggalkan.

Berdasarkan konteksnya, kondisi sebagaimana dijelaskan merupakan kondisi psikologis orang-orang munafik. Di dalam sejarah, sikap ini merupakan salah satu sikap yang sangat dikhawatirkan akan menimpa umat Rasulullah saw. Kekhawatiran ini dapat dilihat saat Badar. Dimana segelintir orang yang menyatakan beriman justru meninggalkan medan perang saat musuh datang. Kaum munafik inilah yang menjadi sasaran selanjutnya dari retorika dakwah.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline