Lihat ke Halaman Asli

Titin Fatimah

Suka membaca, menulis, menggambar, jalan-jalan, masak-masak dan makan-makan :-)

Belajar dari Takemoto-san

Diperbarui: 26 Juni 2015   17:10

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

Adalah Takemoto-san, seorang wanita lanjut usia yang tinggal di Prefektur Okayama, di bagian barat daya Pulau Honshu, Jepang. Tak ada yang tampak istimewa dari sekilas melihatnya. Seperti kebanyakan nenek-nenek Jepang lainnya, dia memang masih sehat dan energik di kala usianya memasuki kepala 6. Ya, di usianya yang kini 64 tahun Takemoto-san masih bisa menjalani kehidupan sehari-harinya dengan normal.

Ketidakmampuannya untuk melihat mungkin menjadi salah satu pembedanya. Takemoto-san mengalami cacat mata sejak kecil, hingga menyebabkan kebutaan pada usia 5 tahunan. Takemoto-san menghabiskan sebagian masa hidupnya dalam gelap. Tapi dia bisa bertahan hingga saat ini. Banyaknya fasilitas umum untuk orang-orang tuna netra di Jepang mungkin memberikan salah satu kemudahan baginya.

Apakah itu menjadikannya istimewa? Tidak juga. Ada yang lebih istimewa lagi bila kita melongok lebih dalam lagi kehidupannya. Selain menjalani masa tuanya, Takemoto-san kini juga menjalani kehidupannya sebagai seorang siswa kelas 3 SMA!

Memasuki bangku SMA di usia 62 tahun sungguh bukan hal yang biasa. Takemoto-san memutuskan untuk melanjutkan pendidikannya yang dulu terputus hanya sampai SMP saja. Dia merasa butuh untuk belajar dan mengembangkan dirinya.

“Saya sudah banyak membuang-buang waktu selama ini. Kemana saja saya sampai usia 60-an tahun ini? Tak ada kata terlambat untuk saya. Selagi masih bisa, kenapa saya tak mengejar ketertinggalan ini? Saya ingin belajar lebih banyak lagi”, tuturnya.

Maka, masuklah Takemoto-san ke salah satu SLB di kotanya dan mendaftarkan diri di pendidikan tingkat SMA. Meskipun teman-teman sekelasnya bisa dikatakan seumur dengan cucunya, tapi itu tak menjadikannya malu dan undur diri. Takemoto-san rajin mengikuti setiap pelajaran yang ada. Mulai dari pelajaran bahasa, ilmu pengetahuan alam dan sosial, ketrampilan, menyanyi, bahkan olah raga.

Untuk memudahkan ke sekolah tiap hari, Takemoto-san memilih untuk tinggal di asrama sekolah. Dia menempati sebuah unit kamar sendiri, lengkap dengan dapur mungil dan kamar mandi. Dia pun tak canggung untuk melakukan segala-galanya sendiri.

Bangun pagi, mandi dan sarapan sudah menjadi rutinitasnya tiap pagi, dilanjutkan dengan persiapan pergi ke sekolah. 1 tas ransel kecil berisi buku-buku pelajaran, serta 1 tas beroda untuk mengangkut perlengkapan-perlengkapan lainnya sudah dia siapkan sejak dari malam sebelumnya seusai belajar.

Setelah berpakaian rapi, Takemoto-san tak lupa memakai make up. Tanpa melihat cermin, Takemoto-san bisa dengan lancar membersihkan wajah, mengoleskan pelembab dan menaburkan bedak dengan rata ke wajahnya. Olesan tipis lisptik di bibirnya dan goresan pensil alis menjadi pelengkapnya. Srut..sruut…tak ketinggalan juga parfumnya!

Yak, siap berangkat!

Di susurinya lorong di depan asramanya dengan tongkat di tangan kanan dan menyeret tas dengan tangan kirinya. Menyeberang lapangan basket dan halaman, sampailah dia ke sekolah. Begitu memasuki pintu gerbang, segera dia berbelok ke kiri menuju tempat penyimpanan sepatu. Setelah melepaskannya sepatunya dan diganti dengan selop, dilanjutkannya perjalanan menuju ke kelas.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline