Lihat ke Halaman Asli

Cita-cita dari Bumi Cendrawasih

Diperbarui: 3 Mei 2016   08:04

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Menyadari hari ini merupakan peringatan Hari Pendidikan Nasional, seketika saya teringat akan adik-adik di Kampung Manyaifun, Kepulauan Raja Ampat, Papua Barat. 

“Apakah mereka ikut memperingati hari ini? Atau bahkan, apakah mereka tahu bahwa hari ini adalah hari pendidikan?” tanya saya dalam hati.

Anak-Anak kelas 5 dan 6 di Kampung Manyaifun

Pertengahan tahun 2014 silam, saya bersama ke-29 teman saya berkesempatan untuk mendatangi Pulau Manyaifun yang terletak diantara ratusan pulau di Kepulauan Raja Ampat, Papua Barat, dalam rangka menjalankan program Kuliah Kerja Nyata (KKN) dari kampus tempat saya menuntut ilmu. Masih kuat didalam ingatan ketika pertama kali menginjakkan kaki di dermaga kayu sederhana milik pulau ini. 

Betapa terenyuhnya hati saya ketika melihat lusinan anak-anak serta warga Kampung Manyaifun lainnya sudah berada di dermaga kala itu untuk menyambut kedatangan kami. 

Mereka semua antusias dan bersukacita melihat kehadiran kami di pulau tersebut. Senyuman dan decak keheranan juga tidak luput dari wajah mereka.

dermaga-panjalu-135-jpg-57276545e4afbded092dae10.jpg

Suasana di dermaga setiap harinya

Nuansa ombak masih mengiringi langkah saya menuju pondokan. Namun ternyata, saya tidak sendirian. Anak-anak kecil di pulau tersebut pun turut mengekor dibelakang saya, lengkap dengan senyuman yang sama. Siapa yang menyangka bahwa senyuman itu lah yang mampu “menyihir” semangat saya selama berada disana. 

Hanya ada Satu Sekolah Dasar tanpa Tenaga Pengajar 

Dalam perjalanan saya menuju pondokan, saya melihat satu bangunan sekolah dasar yang sangat (bahkan teramat sangat) sederhana, bernama SD YPK Immanuel Manyaifun. Saking sederhananya, sekolah tersebut hanya memiliki 3 ruang kelas, yang mana 1 ruang kelas digunakan untuk menampung 2 jenjang kelas yang berbeda. 

Seakan masih kurang lengkap, keberadaan tenaga pengajar juga tidak dapat saya temukan disana. Bahkan sampai sekiranya 2 bulan saya menetap di sana, tidak juga kunjung hadir guru yang menghidupkan aktivitas belajar-mengajar secara formal disana. Maaf saja karena kalender pendidikan pun bahkan tidak berlaku di Manyaifun.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline