Lihat ke Halaman Asli

Kekalahan Timnas U23 Merupakan "Jeweran" bagi Pengurus PSSI (1)

Diperbarui: 24 Juni 2015   03:38

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Olahraga. Sumber ilustrasi: FREEPIK

Yuik... baru bangun pagi setelah habis subuh tadi tertidur lagi hehehe...

Nah pagi ini pas ndilalah kok pas memperingati hari IBU tanggal 22 desember ya. Sebelum lupa saya ucapkan selamat hari ibu aja buat para ibu2 di seluruh Indonesia. Jasa kalian semua tak akan pernah tergantikan dengan apapun.
Buat ibunda saya, penghormatan, penghargaan dan sembah bakti yang tulus dari saya atas semua yang engkau berikan kepada ku. terimakasih yang tak terperi.

Ok dilanjut ah..
Sebagaimana kita tahu timnas U23 berhasil mempertahankan predikat sebagai runner up "terbaik" hehehe.. hasil ini sudah amatlah bagus jika melihat penampilan skuad garuda muda ini pada perhelatan sea games di myanmar.
Mengapa saya katakan sudah amat bagus, karena kita tahu sendiri timnas kita belum menunjukkan performa timnas kita yang sesungguhnya.
Yups gak perlu disesali. harus disukuri.  Terlepas dari hasil yang tidak sesuai target dari BTN, perjuangan adik2 garuda muda patutlah kita apresiasi, merekalah yang berlelah-lelah, jatuh bangun mengejar bola. Merekalah yang bersimbah peluh membawa garuda dalam dada mereka. Bukan seperti kita yang kebanyakan cuma duduk manis di depan televisi sambil bersorak, mengumpat atau mencaci. hehehe..

Dari kekalahan ini, ada baiknya kita ambil suatu hikmah. Pasti ada rencana sendiri dari TUHAN.
Kekalahan ini merupakan "teguran" atau "Jeweran" agar melakukan perubahan kebijakan yang fundamental dari pengurus PSSI.
Sebagaimana kita tahu, kebijakan-kebijakan dari pengurus sekarang ini masih cenderung menguntungkan kelompok tertentu dengan mengorbankan kelompok yang lain, meski itu semua dengan label "DEMI MERAH PUTIH".
Pengurus PSSI selama ini terlihat diam dengan permasalahan-permasalahan klub yang terutama dalam hal finansial yang mana banyak klub yang tak mampu memenuhi kewajiban dalam membayar gaji pemain dan ofisialnya. Ada yang berbulan-bulan. Bahkan sampai ada pemain asing yang meninggal gara2 gaji yang tak terbayarkan sehingga tak mampu berobat karena tak memiliki uang.
Bahkan seorang BP sampai menuntut ke pengadilan. Dalam hal ini PSSI cenderung diam tak berbuat.
Baru setelah ada kepentingan dalam urusan "verifikasi" klub yang akan berlaga di ISL nanti, "kepedulian" terhadap urusan finansial baru diwacanakan. Menurus saya ini sudah "agak terlambat".

Lalu...
Melihat kebijakan PSSI yang hanya mensyaratkan pembayaran gaji lunas buat klub2 yang berlaga di ISL nanti, jelas memberikan lubang tersendiri.
Banyak klub yang demi memenuhi persyaratan tersebut baru berusaha membayar gaji pemainnya. Sumber uangnya tidak jelas dari mana. Bisa jadi hutang dari pihak ketiga. Nah.. kalo model begini bagaimana kedepannya nanti? bagaimana klub dapat memutar roda kompetisi? Bagaimana klub dapat menggaji pemainnya? Ujung-ujungnya ya akan kembali terjadi seperti tahun ini, bahkan mungkin lebih parah.
Sebelum terlambat, sebaiknya pengurus PSSI membuat regulasi yang menyehatkan iklim sepakbola kita.
Buat aturan yang melindungi pemain dari kecurangan klub, karena apa? karena pemainlah asset sepakbola yang sebenarnya. Tanpa pemain tak akan ada sepakbola.

Saya masih berharap banyak dari Pengurus PSSI saat ini. Karena bagaimanapun mereka-merekalah yang berada dalam tampuk kepemimpinan PSSI.  Meski kadang dalam hati kecil ini tahu ini ibarat mimpi di siang bolong. :D

masih bersambung (2)




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline