Bagi seorang penulis, menulis dan mengedit adalah dua sisi yang tidak dapat dipisahkan.
Tentu bisa Anda bayangkan seandainya sebuah tulisan tidak melalui sebuah proses pengeditan. Di sana sini barangkali akan banyak ditemukan berbagai kesalahan.
Bisa saja itu dalam bentuk "typo" atau salah ketik, penggunaan tanda baca yang keliru, diksi yang kurang tepat, struktur kalimat yang salah, dan lain sebagainya.
Melalui proses pengeditan, seorang penulis juga bisa sekaligus melihat keterkaitan satu kalimat dengan kalimat lainnya, begitu juga dengan paragraf yang satu dengan paragraf lainnya.
Bukan hanya itu, adakala melalui proses pengeditan seorang penulis mengetahui bermakna atau tidaknya setiap rangkaian tulisan, begitu juga dengan mudah tidaknya tulisan itu dipahami. Tentu dengan cara memposisikan diri penulis menjadi seorang pembaca.
Tetapi, perlu dipahami bahwa menjadi penulis yang sekaligus menjadi pengedit tulisannya (baca:editor) tentu bukan perkara mudah. Ada tantangan tersendiri di balik hal tersebut.
Tantangan yang saya maksudkan ketika menulis dan mengedit ternyata harus mampu menggunakan atau menyeimbangkan kedua otak, baik itu otak kanan dan juga otak kiri.
Barangkali kita tahu, bahwa otak kiri kita itu sangat berperan penting dalam menulis. Sementara otak kanan itu sangat berperan dalam mengedit tulisan.
Nah, sekarang kita langsung pada topik utamanya. Kira-kira, bagaimana sebaiknya melakukan proses pengeditan tulisan sebelum dipublikasikan?
Berdasarkan pengalaman pribadi sebagai penulis yang sekaligus melakukan proses pengeditan pada tulisan-tulisan saya, cenderung menggunakan empat tahapan berikut.