Dalam sebuah kehidupan, tidak ada yang tahu akan jalannya hidup. Bahkan tidak seorang pun yang tahu apa yang akan terjadi di kemudian hari. Sesungguhnya kita tidak perlu tahu akan hal itu, yang perlu kita tahu bahwa hidup ini butuh perencanaan yang baik dan masa depan harus dipersiapkan sedini mungkin, sehingga kelak kehidupan bisa tetap merasakan bahagia dan sejahtera bersama orang-orang yang dicintai.
Faktanya, tidak sedikit yang gagal merencanakan dan mempersiapkan masa depan dengan baik. Alhasil, penyesalan demi penyesalan pun muncul di kemudian hari. Kalau sudah begitu, semuanya sudah terlambat. Waktu tidak akan dapat diputar kembali.
Sesungguhnya kita hanya butuh bijaksana untuk mewujudkan kehidupan yang lebih baik dan berkualitas di masa depan. Dan satu hal yang harus tetap kita sadari bahwa hidup itu tidak ada yang menjamin tanpa terjadinya sebuah risiko.
Untuk itu, di saat masih sehat dan produktif seharusnya bijaksana untuk memprioritaskan alokasi penghasilan kita. Misalnya, dengan cara menyisihkan (bukan menyisakan) sejumlah dana untuk membeli produk asuransi yang kita butuhkan.
Hanya masalahnya, kalau sudah berbicara tentang asuransi, sering sekali masyarakat tertentu kurang tertarik dan masih menutup diri. Bahkan sering saya mendengar perkataan seperti ini "Saya sehat-sehat saja dan produktif, untuk apa saya harus berasuransi? habis-habisin uang saja. Kalau pun mau berasuransi itu tidak perlu sekarang, nanti saja!"
Pertanyaannya, bukankah payung dibeli sebelum hujan turun? Atau petugas security direkrut bukan saat terjadi kemalingan. Begitu juga seharusnya dengan kehidupan kita. Alangkah bijaknya kita ketika memproteksi diri sebelum segala sesuatu terjadi.
Proteksi diri bukan berarti kita sedang mengharapkan risiko terjadi, tapi mengharapkan diri kita dan orang yang kita cintai tidak terganggu kondisi keuangannya ketika kita harus berhadapan dengan risiko.
Seringnya, seseorang baru menyadari betapa pentingnya asuransi tersebut ketika sudah berhadapan dengan risiko dan mengalami berbagai kerugian yang ditimbulkan. Bahkan tidak sedikit yang harus mengalami kebangkrutan dan hartanya ludes karena mengalami penyakit kritis. Dan hal ini bukan saja pengalaman satu atau dua orang saja di masyarakat, tapi banyak!
Saya sendiri sering menyaksikan pengalaman teman sebaya. Memasuki usia ke-40, penyakit satu per satu pun mulai berdatangan. Tidak sedikit di antara mereka yang pada akhirnya dipanggil Tuhan lebih dahulu. Sementara kehidupan istri dan anak-anaknya harus terus berlanjut. Masih butuh biaya kehidupan sehari-hari termasuk untuk biaya pendidikan anak yang masih kecil.
Bisa kebayang seandainya si istri bukan seorang pekerja. Tulang punggung ekonomi keluarga selama ini hanyalah si suami. Apa jadinya jika si suami tersebut tidak memproteksi keluarganya dengan asuransi sedini mungkin?
Selanjutnya, bagi yang sudah berasuransi pun perlu memahami produk asuransi jiwa yang tepat bagi dirinya dan orang yang ditanggungnya. Memang produk asuransi itu baik jika tepat sasaran atau sesuai kebutuhan. Tapi rasanya tidak akan maksimal dinikmati jika kurang tepat dalam menentukannya.