Detik-detik menjelang tahun baru, sebuah instagram media online menayangkan quote yang pernah aku tuliskan di pertengahan Desember lalu.
Adapun Quote yang saya maksudkan seperti yang ditampilan berikut,
"Natal bukan bicara tanggal, tapi bicara menanggalkan kemewahan dan keangkuhan hidup, demi meneladani Yesus".
Lahirnya ide quote ini didasari dengan pemandangan akan kemewahan dalam merayakan natal di beberapa tempat. Padahal natal itu sesungguhnya menggambarkan kesederhanaan seperti pada proses lahirnya Bayi Yesus sekitar 2000 tahun yang lalu.
Dalam hal ini, saya tidak anti dengan perayaan natal yang mungkin menelan biaya yang besar. Tapi apakah motivasi sesesorang atau sekelompok orang untuk merayakan natal tersebut? Itu yang penting.
Jikalau hal itu semata untuk sarana penonjolan diri, memuaskan hasrat, atau menampilkan kelas sosial yang kita sandang. Itu perlu menjadi bahan perenungan dan pertimbangan kembali.
Marilah kita jadikan keteladanan Yesus dalam kesederhanaanya ketika kita ingin memuji dan memuliakan namaNya melalui perayaan natal tersebut.
Nah, saat ini orang sudah tidak sibuk lagi membicarakan dan merayakan natal. Hari ini sudah memasuki tahun yang baru.
Tetapi hakikat natal itu sendiri adalah tentang kelahiran Yesus, lahir di hati setiap orang yang meyakininya. Dengan demikian, momen itu sesungguhnya bukanlah semata dirayakan di bulan Desember saja. Tapi kapanpun Yesus harus tetap lahir di hati orang yang meyakininya, tidak mengenal batasan bulan. Sehingga natal itu bermakna hingga kapan pun.
Bukan seperti pohon terang yang hadir hanya di masa-masa perayaan natal saja. Setelah itu, disimpan kembali.
Sekarang apakah relevansi natal tersebut ketika kita memasuki tahun yang baru?