Generasi milenial atau yang dikenal juga dengan sebutan generasi Y adalah generasi yang lahir pada rentang waktu 1981-1996. Bila dihitung dari segi umur, maka generasi ini adalah generasi yang berada dikisaran umur 22-37 tahun.
Generasi yang banyak memanfaatkan teknologi digital dan internet ini adalah generasi yang memang sangat berbeda dengan generasi terdahulu (generasi X). Mereka adalah generasi yang senang dengan 'traveling', nongkrong di kafe sembari memainkan gadget yang ada di tangan. Potret sana sini. Hingga pada topik pembicaraan yang tidak jauh dari barang-barang yang "ber-merk".
Nah, bagaimana kalau sudah berurusan dengan Bahan Bakar Minyak (BBM)? Kira-kira apa tanggapan dari generasi milenial dengan penggunaan Pertamax? Apa pula alasan mereka memilih menggunakan bahan bakar yang digunakan saat ini?
Untuk menjawab hal-hal tersebut, maka beberapa hari lalu, tepatnya di sekolah tempatku mengajar, saya melakukan survei kecil-kecilan. Kemudian berdiskusi dengan beberapa teman guru, khususnya guru yang berasal dari generasi milenial atau yang berumur sekitar 25-35 tahun.
Adapun pertanyaan pokok yang penulis ajukan yakni tentang BBM jenis apa yang mereka gunakan untuk kendaraan mereka sehari-hari. Selanjutnya alasan mereka memilih jenis bahan bakar tersebut.
Dari sebelas orang guru milenial yang menggunakan sepeda motor sebagai sarana transportasi, ternyata ada tujuh orang yang menggunakan Pertamax sebagai bahan bakar sepeda motornya. Empat orang lagi, lebih memilih menggunakan bahan bakar jenis Pertalite. Sementara untuk jenis Premium tidak ada yang menggunakannya.
Dari hasil survei yang penulis lakukan, ternyata alasan dari tujuh orang guru yang menggunakan Pertamax tersebut mengatakan bahwa "Pertamax kualitasnya jauh lebih bagus dari jenis lain, penggunaannya lebih irit, motornya lari lebih kencang, serta mesin motornya lebih awet"
Disamping itu, ternyata ada pula yang menyampaikan alasan yang berbeda. Seolah sedang ingin menjawab pertanyaan tantangan yang lagi trend saat ini, "Seberapa greget BBM-mu hari ini?"
Dengan mantap guru tersebut menjawab, "Selagi masih sanggup membeli pertamax, ngapain beli premium?". Kemudian melanjutkan alasannya, "Hitung-hitung subsidi silang bagi orang yang lebih butuh yang masih menggunakan premium dan pertalite".
Betul juga ya! Kalau memang sanggup membeli Pertamax, ngapain harus nyerobot jatah subsidi orang yang membutuhkan. Dengan cara sederhana ini pun sesungguhnya kita sedang berbagi rezeki kepada orang lain.
Terus bagaimana pula dengan alasan guru milenial yang masih menggunakan Pertalite? Alasan keempat guru tersebut hampir senada. "Harga pertalite masih jauh lebih murah dan kualitasnya pun tidak kalah."