Lihat ke Halaman Asli

Thurneysen Simanjuntak

Nomine Kompasiana Awards 2022 (Kategori Best Teacher), Pendidik, Pegiat Literasi, serta Peraih 70++ Penghargaan Menulis.

Bersinergi Menumbuhkan Gemar Baca Sejak Sekolah Dasar

Diperbarui: 21 November 2017   14:30

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dokumentasi Pribadi

Orang bijak berkata, "buku adalah jendela dunia". Jadi ketika Anda ingin melihat dunia, maka bukalah buku, bacalah! Disaat itu, Anda akan melihat banyak hal. Mengetahui berbagai informasi, memperdalam wawasan dan pengetahuan serta menikmati keindahan dunia tersebut.

Membaca merupakan salah satu keahlian dasar yang telah mulai dipelajari semenjak sekolah dasar. Bahkan belakangan ini, sudah banyak taman kanak-kanak yang menjadikan membaca sebagai bahan ajar bagi peserta didiknya. Tetapi kenyataannya bahwa belajar membaca di sekolah ternyata tidak serta merta diikuti dengan meningkatkan gemar membaca pada peserta didik. Idealnya memang demikian, setelah seseorang bisa membaca, berharap gemar membaca pun bertumbuh sesuai dengan kategori usia.

Permasalahannya, ternyata masalah gemar membaca sebenarnya bukan hanya terjadi pada usia anak-anak saja, tetapi para remaja, hingga orang dewasa pun mengalami hal yang sama. Bukan pula hanya dialami oleh orang yang berpendidikan rendah, tapi orang-orang yang berpendidikan tinggi sekalipun tidak luput dari permasalahan tersebut.

Beberapa waktu lalu, ada media yang meliput tentang gemar membaca tersebut berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Central Connecticut State University tentang Most literate nations in the world pada 2016 lalu. Sedihnya, bahwa berdasarkan hasil penelitian tersebut menempatkan Indonesia pada posisi 60 dari 61 negara. Indonesia hanya satu tingkat lebih tinggi dari Republik Botswana, sebuah negara yang ada di Afrika, dalam kaitannya dengan literasi.

Melihat bahwa gemar membaca di negeri ini masih tergolong rendah, sudah seharusnya persoalan tersebut ditangani lebih serius lagi. Ini menjadi pekerjaan rumah bersama. Sebab kita tahu, bahwa gemar membaca itu sendiri sangat berbanding lurus dengan kualitas sumber daya manusia (SDM) sebuah bangsa. Untuk itu peran pemerintah, swasta, dan masyarakat perlu bersinergi dalam menangani masalah tersebut. Sehingga gemar membaca anak bangsa bisa semakin meningkat.

Terkadang kita pun bertanya, apa sebenarnya alasan gemar membaca bisa sebegitu rendahnya? Menurut hemat saya, sebenarnya jawabannya sangat singkat. Bahwa membaca tersebut belum sampai pada tahap kebutuhan seseorang atau mungkin saja masih berada pada tahap kewajiban semata.

Tapi yakinlah! Bahwa ketika seseorang telah menganggap membaca itu sebagai bagian dari kebutuhannya, sudah barang tentu orang tersebut akan mencari bahan bacaan secara antusias atau melahap bahan bacaannya hingga tuntas. Tanpa disuruh dan dipaksa pun, seseorang akan tetap membaca.

Hanya untuk mencapai tahap tersebut, perlu sebuah proses. Sejak dini seseorang harus ditanamkan kesadaran tentang pemenuhan arti pentingnya kebutuhan tersebut. Baik untuk masa kini dan masa depannya. Disamping itu diciptakan konsistensi dan disiplin membaca, hingga gemar membaca tersebut telah menjadi sebuah kebiasaan (habit). Dan alangkah baiknya, proses tersebut telah ditanamkan sejak di sekolah dasar.

Seperti yang sudah saya singgung sebelumnya, bahwa untuk menjadikan seseorang atau sekelompok orang gemar membaca, tentu butuh sinergi. Pemerintah yang berperan membuat regulasi dan bahkan turut memberikan fasilitas melalui anggaran yang dibuat pemerintah.

Saya jadi teringat dengan peresmian perpustakaan nasional yang begitu megah dengan gedung berlantai 27 pada September lalu (14/9/2017) oleh Presiden Jokowi. Gedung ini ternyata menjadi gedung tertinggi untuk perpustakaan di dunia. Salah satu layanan yang disiapkan yakni untuk anak. Dengan semangat pemerintah ini, kita harapkan menjadi semangat bersama untuk menumbuhkan gemar membaca bagi anak-anak bangsa, terutama anak-anak sekolah dasar.

Tetapi perlu diingat, bahwa tugas membangun gemar membaca tidak berakhir hingga tahap itu saja. Semua elemen harus mendorong masyarakat luas untuk menggunakan fasilitas tersebut. Termasuk guru dan orangtua mendorong dan mendampingi anak-anak, tentu termasuk siswa sekolah dasar untuk bisa mendatangi perpustakaan tersebut. Sehingga spirit kehadiran perpustakaan tersebut bisa menjadi spirit gemar membaca bagi anak-anak sekolah dasar.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline