Pagi ini (8/10/2016), area SMESCO ada yang berbeda. Disana-sini ada tulisan Kompasianival berbagi. Apa sih maksud tulisan tersebut?
Bagi Kompasianer acara itu tidak asing lagi, sebab gaungnya melalui media sosial dan registrasi online di Kompasiana.com sudah gencar dilakukan sebulan terakhir. Mungkin bagi orang yang melintas area ini, atau yang sepintas baca informasinya di berbagai media sosial atau Kompasiana sendiri sedang bertanya-tanya dalam hati, acara apaan ya? Penting gak, sih?
Kompasianival itu adalah sebuah hajatan akbar alias kopi darat para netizen (jurnalis warga) Kompasiana. Ajang ini tentu bukan sebatas kopi darat atau ajang kumpul-kumpul saja. Sebab kumpul-kumpul tanpa makna, apalah artinya. Tapi berkumpul dengan makna tentu tidak ada yang sia-sia. Kompasianival kali ini merupakan ajakan "Ayo sebarkan inspirasi tanpa spasi dengan banyak aksi."
Komitmen dan atusiasme dari para Kompasianer pun mulai terlihat sejak awal. Ada yang ambil bagian sebagai host dan relawan. Kompasianer juga ada yang siap berbagi melalui donasi buku, pakaian, dan donor darah. Semuanya itu tentu akan disalurkan ke komunitas yang akan menyalurkan kepada yang membutuhkannya.
Bukan hanya itu saja. Ternyata rangkaian acara Kompasianival ini diisi dengan berbagi inspirasi melalui berbagai talkshow. Berbagi inspirasi dalam hal ekonomi kreatif, inovasi, kesehatan, ilmu dan teknologi, prestasi, dan inpirasi. Menariknya pembicara-pembicara tersebut adalah sosok yang profesional dan memiliki passion dan hati dibidangnya.
Dari berbagai rangkaian kegiatan talkshow ini, tentu membuka wawasan dan inspirasi berbagi bagi peserta Konvasianival. Berharap bisa menginspirasi melalui banyak pihak melalui tulisan-tulisan di Kompasiana dan di dunia nyata, dan di lingkungan masing-masing.
Saya pribadi sangat tetinspirasi dengan seorang Budi Suhardi yang mendedikasikan dirinya untuk mentransformasi masyarakat desa. Walau banyak tantangan dan harus meninggalkan profesinya, dia melihat dibalik semua itu ada tujuan mulia. Satu kata yang menantang yang disampaikannya, bahwa jangan tunggu menjadi orang besar dulu baru mau dan bisa berbagi. Tapi apa pun yang kita miliki perlu dimaksimalkan untuk berbagi kepada orang lain. Seorang Wulan Guritno peduli dengan mendukung penderita kanker melalui Yayasan HOPE yang didirikannya. Dan seorang Tjipta Effendi yang merangkak dari kemiskinan dan tetap memiliki harapan. Harapan itu pula telah berhasil melampaui segala tantangan tersebut dengan manis, bahkan bisa menguliahkan anak hingga bergelar master.
Ini adalah sebagian inspirasi yang ditularkan melalui rangkaian talkshow pada Kompasianival tersebut. Tetapi berharap ini tidak hanya terjadi pada acara Kompasianival saja. Tetapi diharapkan menjadi sebuah budaya bagi bangsa kita. Bahwa berbagi itu ternyata indah bagi yang rela berbagi dan berdampak bagi orang lain.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H