Lihat ke Halaman Asli

T.H. Salengke

TERVERIFIKASI

Pecinta aksara

Diplomasi Pantun di Alam Melayu

Diperbarui: 4 Oktober 2024   20:32

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dok. Kopisetara

***

Biduk berlalu kiambang bertaut,

Hijau berkilau tersiram embun;

Lewat pantun hubungan dirajut,

Keakraban masyarakat negeri serumpun.

***

Bisa berpantun, sungguh sebuah kemampuan yang menyenangkan. Setiap acara, kalau dibuka dengan bait-bait pantun, pasti suasananya menjadi cair. Apalagi kalau bisa ditutup dengan pantun juga, akan terasa sangat menyenangkan. Budaya pantun sangat identik dengan masyarakat Melayu.

Keakraban masyarakat rumpun Melayu, khususnya Indonesia dan Malaysia sudah lama terajut mesra. Jauh sebelum terbentuknya negara-bangsa, masyarakat Nusantara telah bermigrasi atas berbagai motivasi dan kepentingan. Mobilitas sosial masyarakat kedua negara telah berlangsung sangat baik hingga ke hari ini, walaupun garis pembatas negara telah termaterai dengan jelas.

Hubungan sosial dan budaya pada hakikatnya menembusi batas-batas sempadan negara bangsa. Apalagi kelompok masyarakat yang bermigrasi, memilih menetap di sebuah negara, sejatinya tetap membawa dan mengamalkan adat istiadat serta tradisi hidup sehari-hari, karena eksistensi sebuah kelompok masyarakat akan berkembang dan kuat, apabila diwarnai dengan identitas budaya yang dibangun melalui bahasa perturan.

Di kalangan masyarakat rumpun Melayu, bahasa menjadi sebuah identitas kelompok. Demikian juga tradisi hidup sehari-hari mencerminkan ciri khas dan identitas yang unik. Oleh karena itu, bahasa dan adat istiadat budaya sebuah bangsa tidak dapat dipisahkan dengan jiwa anggota masyarakatnya. Kemanapun mereka pergi, pasti akan tetap membawa tradisi budayanya masing-masing.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline