BERAGAM gaya manusia di bumi ini. Gemerlapnya hidup duniawi membuat banyak manusia lupa diri. Bicara besar padahal kemampuannya kecil. Merasa punya jabatan, makanya perihal orang lain disepelekan.
Suatu ketika dulu saya kenal teman anak Indonesia yang kuliah di perguruan tinggi swasta ternama di Malaysia. Dia banyak bercerita tentang latar belakang keluaganya sebagai pengusaha sukses. Intinya berduit, tak seperti saya yang kuliah sambil kerja mengumpul uang demi bisa makan sehari-hari dan bisa sisipkan buat membayar uang semesteran.
Tapi anehnya, setiap bulan selalu pinjam uang buat belanja sehari-hari. Alasannya karena belum dapat kiriman dari orang tuanya. Selama kuliah, gaya hidupnya memang mentereng, lengkap dengan motor gede yang harganya lebih mahal dari mobil merek Proton.
Gaya teman seperti itu banyak sekali saya temui. Beberapa yang pinjam uang, tetapi tidak dibayar hingga sekarang dan orangnya juga sudah ntah dimana rimbanya. Bagi saya, semua itu menjadi pelajaran berharga supaya tidak berperilaku di luar kemampuan diri.
Saya juga pernah dekat dengan orang yang akan mencalonkan diri sebagai anggota dewan, seperti biasa pinjam uang untuk keperluan dan bila sudah beres urusan Pemilu, berjanji akan dikembalikan. Orang memang gampang berutang, tetapi susah membayarnya.
Yang begitu, saya kenal dua orang anggota dewan dari patai politik papan atas yang bila bicara tentang uang ini dan itu, selalu kedengarannya serasa di atas langit ketujuh. Sepintas semuanya serba istimewa dan akan gampang membayar utangnya. Saat meminjam uang, dengan gampang menyebutnya. Tapi kedua anggota dewan itu abai dengan kewajiban membayar utang. Di telpon tidak diangkat, beberapa jam kemudian ada pesan singkat mengatakan "sorry tadi saya lagi rapat."
Karena tidak ingin mengganggunya, lewat pesan singkat menyampaikan kalau saya sedang membutuhkan uang. Untuk itu saya minta dikembalikan sejumlah pinjamannya. Jangankan akan dibayar, menjawab pesan singkat saya saja hingga hari ini tak kunjung muncul.
Saya berbaik sangka, mungkin dia sedang banyak keperluan dan butuh biaya besar saat ke lapangan bertemu konstituennya di daerah pemilihannya. Apapun itu, kewajiban dan tanggungjawab perlu dipegang teguh supaya kita sebagai wakil rakyat bisa memegang teguh amanat rakyat.
Kalau saat kita butuh uang, orang lain sanggup mengutamakan untuk membantu kita, harusnya kita lebih kasian kepada orang yang pernah memberikan bantuan pinjaman kepada kita. Biasanya orang nagih utang bukan karena ingin uangnya kembali, tetapi karena sudah benar-benar membutuhkan uang itu untuk memenuhi keperluan hidupnya.[]
Terima kasih