Lihat ke Halaman Asli

T.H. Salengke

TERVERIFIKASI

Pecinta aksara

Kedudukan Objek Empiris dalam Ilmu Pengetahuan

Diperbarui: 2 Agustus 2022   09:14

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dok. Ilmu Ambah Guru

DINAMIKA kehidupan manusia akan senantiasa menemukan berbagai fenomena empiris yang memicu timbulnya pertanyaan-pertanyaan yang perlu dijawab. 

Secara filosofinya, pengetahuan merupakan pemahaman terhadap sesuatu dalam bentuk kesimpulan atau jawaban atas pertanyaan-pertanyaan yang muncul terkait fenomena yang terjadi di sekitar kita. Secara prinsip, pengetahuan yang melahirkan pemahaman, merupakan tujuan utama kognitif manusia.

Jawaban empiris akan menjadi sebuah pengetahuan manusia tentang apa yang selama ini dipertanyakan untuk kemudian digali dan bahkan diuji kebenarannya untuk menjadi sebuah ilmu pengetahuan. Kesemua itu bisa saja bersumber dari pengalaman empiris dan juga pemikiran rasional manusia yang telah dilakukan uji hipotesis. 

Uji hipotesis merupakan kaidah yang digunakan dalam merumusan hasil akhir permasalahan yang diteliti untuk mendapatkan jawaban yang obyektif atas fenomena empiris.

Ilmu pengetahuan mencakup semua objek empiris yang mendukung bukti logis yang rasional, dirumuskan dalam bentuk hipotesis. Segala yang ada di alam ini dapat menjadi objek kajian sains, termasuk pengalaman manusia dalam berinteraksi dengan alam lingkungannya.

Manakala ilmu pengetahuan merupakan sekumpulan pengetahuan objektif dan sistematis, didasari oleh akal sehat dan dapat diuji secara teoritis sehingga muncul dalam bentuk fakta empiris yang mengandungi tiga kriteria utama, yakni ontologis, epistimolgis, dan aksiologis.

Ujian-ujian empiris dan teoritis merupakan upaya mengembangkan sebuah pengetahuan menjadi ilmu pengetahuan dan ilmu pengetahuan yang diformulakan sebagai sebuah teori dalam kerangka ontologis, epistimolgis, dan aksiologis. Dalam hal ini, Epistimelogi sering dilihat sebagai teori ilmu pengetahuan yang berkitan dengan hakikat sumber pengetahuan dan juga batasan-batasannya.

***

Pencarian kebenaran akan ilmu pengetahuan dalam konteks empiris dapat dilihat dalam metode ilmiah yang terdiri atas serangkaian kegiatan berupa: pengenalan dan perumusan masalah,  pengumpulan   informasi   yang  relevan, perumusan hipotesis, uji hipotesa atau eksperimen dan publikasi untuk dapat dikaji ulang kembali oleh peneliti-peneliti selanjutnya dalam rangka mencari kebenaran-kebenaran yang lebih tinggi, sesuai dengan situasi perkembangan saat itu. 

Kebenaran empiris yang dikonstruksikan sebagai ilmu pengetahuan dan diformulakan sebagai sebuah teori ilmu pengetahuan, tetap tidak cukup dengan observasi dan perumusan masalah untuk kemudian ditarik kesimpulan baik induktif maupun dedeuktif.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline