Lihat ke Halaman Asli

T.H. Salengke

TERVERIFIKASI

Pecinta aksara

Strategi Bertahan di Tengah Badai Menggulung Bisnis Start Up

Diperbarui: 10 Juni 2022   19:51

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi start up. Sumber: Shutterstock via Kompas.com

LIMA tahun terakhir, usaha start up menjadi magnet bisnis yang sangat menjanjikan. Banyak pegawai negeri dan swasta yang memilih berhenti demi beralih ke usaha start up. Kini situasi malah berbalik, justeru terjadi PHK besar-besaran dalam bisnis yang diharapkan membantu masyarakat meningkatkan daya saing ekonomi di era disrupsi. 

Diakui atau tidak, pandemi Covid-19 tentu mempengaruhi performa perusahan, apalagi itu start up yang bisa dikatakan seumur jagung. Maka dari itu, ketika pandemi berakhir pun, justeru muncul fenomena kolapsnya usaha bisnis yang identik dengan bisnis digital ini. 

Banyak yang menyalahkan Covid-19 dan juga konflik Rusia-Ukraina. Memang bisnis global tak lepas dari situasi dunia. Namun masalah kekuatan pondasi bisnis itu sendiri, menjadi penentu dari segalanya. Bisnis start up cepat tumbuh bak jamur di musim hujan tetapi cepat juga layu bak jamur di musim kemarau.

Untuk mengatasi permasalahan kemunduran organisasi kerja dan dapat memtahankan perusahaan, tentu perlu menerapkan strategi bertahan (survival). Beragam strategi bertahan yang dapat dilakukan oleh perusahaan yang harus disesuaikan dengan situasi internal dan ekternal lingkungan perusahaan itu berada.

Usaha bisnis bisa dikatakan pasti pernah mengahadapi situasi pasang surut, baik manajemen maupun produktivitas. Akibatnya tak sedikit yang menimbulkan konflik, baik internal antar jenjang dalam perusahaan maupun eksternal antara perusahaan dengan stakeholders dan juga pasar global. 

Lippit and Schmidt (1967) menyadarkan kita tentang pola evolusi yang biasanya dialami oleh hampir segala jenis usaha bisnis. Menurutnya, umumnya usaha bisnis akan mengalami fase evolusi, yaitu lahir, berkembang, dan mati.

Siklus tersebut disempurnakan oleh Larry Greiner (1972) yang menyatakan bahwa tahap siklus evolusi sebuah organisasi kerja adalah empat tahap, yaitu tahap lahir, tahap perkembangan, tahap perkembangan ulang, dan tahap mati. 

Oleh karena itu, bila organisasi ingin senantiasa berkembang besar dan kuat, maka strategi dan kebutuhan organisasi harus dapat dicapai dan diuapayakan berjalan dengan baik. 

Masih terkait tumbuh kembangnya sebuah organisasi kerja, bahwa organisasi tersebut merupakan bentuk respon atas upaya memenuhi hasil yang ingin didapatkan oleh anggota atau karyawan.

Organisasi akan bermunculan seiring dengan berkembangnya teknologi baru dimana kebutuhan organisasi terpenuhi, sebaliknya organisasi akan berubah atau bahkan mati ketika apa yang mereka produksi tidak lagi dibutuhkan atau apa yang mereka dapatkan tidak lagi bisa memenuhi kebutuhan organisasi.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline