Lihat ke Halaman Asli

T.H. Salengke

TERVERIFIKASI

Pecinta aksara

Dilema ke Mana Membawa Diri Setelah Menjadi Sarjana

Diperbarui: 1 Maret 2022   11:57

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dok. Pribadi/THS

Lulus perguruan tinggi dan menjadi seorang sarjana merupakan kebanggaan banyak orang. Apalagi zaman saya kecil, bila seorang itu sudah bergelar Insinyur atau Doktorandus, segalanya jadi mudah dicapai, termasuk melamar gadis cantik sekalipun besar kemungkinan diterima. Tapi sayang, saat itu saya belum bersekolah.

Kini, terjadi pergeseran pola pikir dan cara pandang masyarakat terhadap pendidikan dan juga dunia kerja. Apalagi perihal melamar gadis, sudah tidak bisa lagi dengan gelar mentereng di depan dan belakang nama. Kalau tidak percaya, silahkan dicoba pasti akan ditolak mentah-mentah, karena saat ini gelar akademik strata satu (S1), belum menggambarkan jaminan kerja dan juga kemapanan hidup seseorang.

***

Bagi calon sarjana, hendaknya mengejar kematangan berpikir, jangan terjebak dengan framming bahwa seorang sarjana pastinya bekerja di instansi pemerintah sebagai pegawai negeri sipil.  Kuliah di perguruan tinggi hebat dengan nilai tinggi sehingga mendapat gelar mentreng yang dibanggakan orang sekampung, justeru menjadi sesuatu yang dilematis bagi penyandang gelar bila tidak memiliki keterampilan dan self approach yang bagus.

Hal terpenting lainnya adalah aktif bersosialisasi dengan berbagai kegiatan amal dan organisasi sosial di kampus dan masyarakat, menjalin silaturrahmi dengan siapapun selama itu untuk kebaikan dan kemaslahatan bersama, menjaga pertemanan dan persaudaraan, serta senantiasa berusaha dan berdoa.

***

Banyak calon sarjana yang terpengaruh bahwa sarjana harus bekerja sebagai pegawai pemerintah dengan baju seragam penuh tempelan logo atau setidaknya pegawai swasta yang berdasi di ruangan kerja yang nyaman. Maka ketika lulus kuliah, akan memaksa diri mencari kerja dengan segala cara demi mengikuti pola pikir masyarakatnya.

Masyarakat umum masih melihat miring bila seorang sarjana bertani dan berkebun atau beternak, padahal justeru memiliki penghasilan yang tinggi bila mampu mengurus dan measarkannya dengan baik. Selain pekerjaan berbaju seraga dan berdasi akan dicap tidak berhasil meaktualisasikan kesarjanaannya yang disandang. Akhirnya sang sarjana menjadi stress, tidak bisa mengimbangi diri dalam persaingan kerja yang semakin ketat.

Instansi pendidikan harus lebih bisa menyadarkan para pelajar dan mahasiswa, bahwa keberhasilan belajar bukan diukur dengan dimana seseorang itu bekerja, tetapi bagaimana seseorang itu bisa bermanfaat bagi diri, keluarga, masyarakat, dan agamanya. Bekerja di manapun dan sebagai apapun, selama itu baik dan bermanfaat, seseorang itu sudah dikatakan sukses.

Contohnya saat ini banyak orang jadi kaya gara-gaya memiliki keterampilan membuat konten menarik dan bermanfaat di platform Youtube atau platform digital lainnya. Banyak juga yang memanfaatkan media sosial untuk menjual produk apapun secara kecil-kecilan. Bisa dikatakan semua orang berksempatan memiliki kios digital untuk menjual barang dagangan secara online. Dengan demikian, seseorang semakin memiliki banyak peluang untuk menghasilkan uang sebagai imbalan untuk memenuhi kebutuhan hidup layaknya bekerja di instansi pemerintahan.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline