Lihat ke Halaman Asli

T.H. Salengke

TERVERIFIKASI

Pecinta aksara

Urgensi Novelty Penelitian bak Garam dalam Masakan

Diperbarui: 1 Maret 2021   23:07

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

(Dok. journal.ipb.ac.id)

"Menghasilkan novelty dalam penelitian ilmiah, menjadi sebuah keharusan. Apabila tidak ada, maka penelitian akan datar-datar saja dan hambar, ibarat sayur tanpa garam"

PENELITIAN ILMIAH dijalankan untuk mencari jawaban atas sebuah permasalahan. Tujuan penelitian adalah untuk memperoleh hasil terbaru atau "kebaruan" yang akan menjadi sumbangsih kita terhadap dunia ilmu pengetahuan. Itulah yang disebut novelty.

Novelty merupakan hasil temuan terbaru yang kita peroleh dari kegiatan penelitian dan kita paparkan dalam laporan karya ilmiah. Disebut novelty karena benar-benar hasil temuan terbaru milik kita dan jelas belum pernah ditemukan oleh peneliti atau penulis sebelumnya.

Untuk mengetahui apakah itu novelty kita atau bukan, maka perlu adanya studi literlatur yang banyak. Perlu juga kita cantumkan kajian pustaka atau penelitian serupa dengan karya ilmiah kita untuk mengetahui novelty yang dihasilkan oleh orang lain dan kita benar-benar berbeda, sehingga kebaruan yang kita paparkan benar-benar mutlak milik kita.

Kemajuan sistem informasi digital sekarang ini memudahkan peneliti atau penulis dalam mengetahui kebaruan yang pernah dihasilkan oleh orang lain terkait penelitian yang kita jalankan. Membaca banyak literasi sangat perlu untuk bisa kita dapatkan research gap dengan penelitian-penelitian sebelumnya. Keuntungan yang lain supaya kita bebas dari plagiasi.

Lewat berbagai aplikasi, kita dapat mengakses ribuan, bahkan jutaan jurnal nasional terindeks Sinta 1 hingga Sinta 6. Jurnal-jurnal tersebut ada yang berbayar dan ada juga yang gratis. Pasti yang gratis yang laris manis diakses, biasanya lewat Google Schoolar, Garuda Publikasi Indonesia, LIPI, Perpusnas, dan lain sebagainya.

Bahkan banyak jurnal internasional bereputasi yang terindeks Scopus, bisa diperoleh secara gratis. Sebut saja salah satunya DOAJ (Directory of Open Access Journal). Mengakses jurnal nasional dan internasional bisa lewat Science Direct, Citeseer,Research Gate,dan banyak lagi.

Saya lebih sering menggunakan Google Schoolar dan Science Direct untuk membaca hasil penelitian yang berkaitan isu-isu terbaru. Membaca jurnal menjadi kegemaran saya karena membahas permasalahan yang up to datemengikut perubahan dan perkembangan dunia. Maka dari itu, mensitasi jurnal ilmiah untuk karya ilmiah kita, sebaiknya merujuk jurnal terbaru, setidaknya terbitan lima tahun terakhir.

Inti hasil penelitian ada pada kebaruannya. Berkualitas atau tidak, tergantung pada tinggi rendahnya kebermanfaatannya. Menghasilkan novelty sudah menjadi sebuah keharusan, karena apabila tidak ada, maka penelitian akan datar-datar saja dan hambar, ibarat sayur tanpa garam.[]

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline