Lihat ke Halaman Asli

T.H. Salengke

TERVERIFIKASI

Pecinta aksara

Kehidupan Sosial dan Kelihaian Membangun Rasa

Diperbarui: 27 Agustus 2020   00:17

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

(Dok. Celesmart)

TULISAN sederhana nan singkat ini diangkat untuk merefleksi diri. Sebagai mahluk ciptaan Tuhan yang dikatakan paling baik, namun tetap saja sifat dan eksistensi manusia tidak sempurna. Atas dasar ketidaksempurnaan itu, sebagai mahluk sosial yang senantiasa berinteraksi dengan sesama dan juga lingkungan sekitarnya, harus selalu menjaga sikap dalam berkata-kata, melihat, mendengar, dan berpikir.

Oleh sebab sifat dan eksistensi manusia yang tidak sempurna, maka dibutuhkan upaya membangun kepekaan rasa dalam diri, supaya dalam berinteraksi dengan sesama manusia dan lingkungan sekitar melahirkan kenyamanan dan ketenangan hidup. 

Banyak landasan untuk membangun kepekaan rasa, antaranya: berdasarkan nilai dan norma yang dianut bersama atau berdasarkan janji dan komitmen yang dibuat. Nilai dan norma berada posisi harus ditaati dan diamalkan, sementara janji dan komitmen merupakan hal yang perlu selalu dijaga. 

Mensikapi hal tersebut di atas, hendaknya kita bisa senantiasa bertanya pada diri sendiri, apakah tingkah laku dan pola pikir kita sudah sesuai dengan norma dan nilai yang dianut bersama? Tak salah harus merenung sejenak, menyisir kembali segala hal yang pernah kita lakuka dalam sehari, semingu, atau sebulan yang lalu. Hal ini penting untuk kebaikan diri dan hubungan sosial di tengah masyarakat.

Tak elok kalau kita tertawa terbahak-bahak dengan segala pujian dan tepukan gemuruh, tetapi ada orang yang merasa jadi tidak nyaman, apalagi sakit. Sangat tak molek kalau kita tidak bisa merasakan orang lain terganggu akibat ulah dan tingkah kita. Maka bagunlah kepekaan rasa agar hati bisa mendeteksi segala rasa yang tidak bisa dideteksi oleh alat pendeteksi canggih ciptaan manusia. 

Manusia diciptakan Tuhan dengan ketentuan dan ketetapan yang berbeda-beda. Di sinilah letak keunikan manusia yang dibekali dengan akal agar bisa berpikir jernih dan saling menghargai untuk bisa menyesuaikan segala perbedaan yang ada menjadi  kesatuan yang kuat.[]

Sekadar berbagi.

KL: 26080021

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline