Lihat ke Halaman Asli

T.H. Salengke

TERVERIFIKASI

Pecinta aksara

Mengutip Koin demi Sebungkus Nasi

Diperbarui: 10 Juli 2020   22:38

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

dok. pribadi

MERANTAU ke negeri orang untuk kuliah sambil kerja, merupakan keputusan yang penuh konsekuensi. Banyak hal yang harus dipertimbangkan dengan matang, seperti biaya hidup, biaya kuliah, lokasi tempat tinggal, dan tentunya kerja apa yang bisa menutupi semua kebutuhan sehari-hari.

Pada tahun 2000 saya memutuskan untuk merantau ke luar negeri untuk menuntut ilmu. Tujuannya bukan utnuk gaya-gaya kuliah ke luar negeri, melainkan agar saya bisa belajar lebih mandiri. Saya memutuskan untuk tidak akan meminta uang kepada orang tua, saya bertekad bekerja keras memenuhi kebutuhan kuliah dan segala kebutuhan lainnya. 

Saya diterima di sebuah perguruan tinggi bergengsi di negeri jiran. Selama kuliah saya tidak sibuk mencari beasiswa. Hanya beberapa kali saya ikut serta menjadi tim pembantu peneliti di kampus dengan imbalan per bulan bisa untuk melunasi uang kuliah satu semester.

Saya juga sibuk kerja sebagai guru privat di beberapa rumah orang Malaysia, kerja di kios foto copy dan pada hari tertentu saya bekerja di rumah makan. Saya sangat suka bekerja di rumah makan karena bisa makan gratis dan juga boleh membungkus makanan untuk makan malam.

Bekerja sambil kuliah segalanya tidak bisa maksimal, demikian juga hasilnya tentu tidak seperti diharapkan. Semua harus dijalani dengan penuh syukur. Pada saat gajian, alhamdulillah banyak yang bisa dipenuhi, bahkan bisa sedikit menabung untuk keperluan kuliah. Ceritanya akan berbeda di tanggal tua, harus irit agar keuangan bisa cukup sampai waktu gajian kembali.

Selama kuliah, saya masih ingat pernah dua kali kesulitan makan siang. Uang di dompet benar-benar cukup untuk membeli sepiring nasi. Jadi untuk makan siang saat itu saya harus mengutip koin yang tergeletak di sekitar meja belajar. Saya kutip satu per satu di rak buku, di bawah monitor komputer dan di kantong ransel supaya bisa cukup untuk ke kantin kampus.

Di kala sore, saya sering membeli nasi goreng murah untuk persediaan bekal makan malam bila terasa lapar ketika sibuk mengerjakan tugas kuliah. Harganya sangat murah, yaitu RM 1.20 cen (sekitar Rp. 4,000 per bungkus).

Kondisi seperti itu tidak pernah saya keluhkan, tak juga membuat saya harus meminta kepada orang tua. Saya sangat senang dan menikmati hari-hari di perantauan. Justru kekurangan itu membuat saya semakin terpacu dalam bekerja dan menuntut ilmu hingga satu saat berhasil wisuda bersama teman-teman kuliah lainnya. Saya juga memutuskan untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang lebih tinggi dengan pola yang sama--kuliah sambil bekerja.[]

Sekadar berbagi, semoga bermanfaat.

KL: 10072020




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline