Pada akhir tahun 2019 yang lalu, di tanah besar Tiongkok, orang-orang Tionghoa di kota Wuhan terserang wabah virus mematikan. Organisasi kesehatan dunia (WHO) memberi nama resmi Covid-19 atau Corona Virus Disease 2019.
Pemerintah Tiongkok sempat dibuat panik karena ulah mahluk super kecil ini. Saban hari semakin banyak saja masyarakat yang terinfeksi--bahkan meninggal dunia. Dari pusat hingga daerah segera menyamakan persepsi, merapatkan barisan memerangi Covid-19. Kota Wuhan dan sekitarnya di wilayah Hubei langsung dikunci rapat alias lockdown.
Tiongkok tak mau lengah dengan ancaman bahaya besar itu, mereka segera menyulap pembangunan rumah sakit khusus dan berhasil rampung dalam beberapa hari saja. Maka penderita Covid-19 bisa ditangani dengan baik dan hasilnya dapat mengurangi angka kematian.
Yang tak kalah menarik, bagaimana pemerintah Tiongkok berusaha keras mengedukasi dan menyadarkan masyarakatnya pentingnya memutuskan rantai penularan virus. Langkahnya menanamkan pengetahuan, kesadaran, dan kedisiplinan. Hal itulah yang mendukung suksesnya Tiongkok melewati ujian berat ini.
Yang Luput saat Pandemi Mewabah
Sejak Maret yang lalu, Covid-19 menyebar luas di Amerika dan Eropa, tak terkecuali di Asia Tenggara. Kini lebih satu juta orang di dunia telah terinfeksi dan puluhan ribu nyawa melayang.
Menghadapi bencana tidak selalunya bisa diatasi dengan kekuatan dan teknologi canggih. Buktinya menangani ancaman virus berukuran super kecil ternyata hanya berawal dari tata cara cuci tangan dan pola hidup sehat. Artinya menghadapi sesuatu perlu pengetahuan dan teknik tertentu yang bisa saja terkesan sepele seperti mencuci tangan yang benar.
Indonesia dan juga negara-negara lain di dunia seharusnya mengambil pelajaran bagaimana Tiongkok menangani pandemi ini. Jangan sampai masyarakat menyepelekan tiga hal, yakni: pengetahuan, kesadaran, dan kedisiplinan.
Pertama: Pengetahuan
Masyarakat sebaiknya diedukasi supaya memiliki pengetahuan dasar tentang Covid-19 dan bagaimana menghadapinya. Metode yang paling tepat diawali dari lapisan bawah (grass root) dengan memberdayakan perangkat desa sebagai agen edukasi masyarakat dalam menjaga kebersihan dan upaya meningkatkan imunitas tubuh.
Dengan pengetahuan yang cukup, masyarakat dapat mengantisipasi penularan virus dari lingkungan keluarga masing-masing dan membentuk persepsi positif terhadap orang-orang yang telah sembuh untuk tidak tersisihkan dalam masyarakatnya.