Makau terkenal sebagai pusat hiburan terbesar di Asia. Di sana-sini berdiri gedung-gedung pencakar langit sebagai pusat perjudian dan hiburan yang beroperasi tanpa henti. Salah satunya Grand Lisboa, pusat casino termegah sekitar satu kilo meter dari San Malau, kota tua arsitektur seni bina Portugis.
Mayoritas masyarakat Makau berketurunan Tionghoa, namun suasana sehari-hari sangat kental dengan aroma budaya Portugis. Nama-nama gedung, jalan, dan tempat wisata bisa dikatakan semuanya dalam bahasa Portugis.
Sejak abad k-16, Portugis telah meninggalkan bekas yang begitu dalam di Makau. Demikian juga di negara-negara lainya di Asia. Walaupun Makau tersohor sebagai pusat hiburan dan perjudian, tetapi Makau sangat kaya akan peninggalan sejarah dan budaya Portugis.
Daerah administrasi khusus dengan keluasan sekitar 29 kilo meter per segi ini merupakan wilayah jajahan Portugis yang terikat kontrak perjanjian khusus dengan Tiongkok. Maka dari itu, walau berdiri layaknya sebuah negara dengan bendera dam mata uang sendiri, namun Makau masih berada di bawah bayang-bayang Republik Rakyat Tiongkok.
Secara geografis, Makau berbatasan langsung dengan Guangdong, Guangzhou dan Hong Kong. maka dari itu, dolar Hong Kong bisa dipakai untuk segala keperluan di Makau.
Dalam gemerlapnya kota Makau, justeru saya menikmati wisata sejarah sambil menyelami perjalanan Portugis di laut Cina Selatan. Tentu erat hubungannya dengan keberadaan Portugis di Melaka, termasuk Indonesia.
Jadi Makau bukan segalanya tentang hiburan dan perjudian, tetapi di sana banyak hal yang harus digali sebagai pengetahuan dan wawasan kita.[]
Sekadar berbagi dari San Malau, Makau.
KL: 22012010
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H