Lihat ke Halaman Asli

T.H. Salengke

TERVERIFIKASI

Pecinta aksara

Citra Indonesia dalam Kendaraan Umum Negeri Tetangga

Diperbarui: 10 November 2019   21:35

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

(Dok. GubungGambar HD)

Citra Indonesia dalam Kendaraan Umum Negeri Tetangga

Saya menulis artikel ini karena tergelitik dengan tulisan Kompasianer Hendra Wardhana yang berjudul "Mendiamkan Penumpang yang Berisik di Kereta Api." Digambarkan yang merasa terganggu dengan tingkah sekumpulan emak-emak yang ribut dan ngakak sambil ngerumpi masalah rumah tangga orang lain. 

Kejaian tersebut tak jauh berbeda dengan pengalaman yang saya alami dalam bus umum antar kota di Malaysia. Di dalamnya ada dua orang gadis asal Indonesia yang masih belia, kebetulan sama-sama menjadi penumpang untuk tujuan yang sama. Gadis belia tersebut duduk dua kursi di belakang saya. 

Sejak di terminal sampai beberapa kilo meter bus melaju, kedua gadis yang bertutur dalam bahasa Indonesia itu asik telepon-teleponan dengan pacar masing-masing. Karena terganggu, saya sempat menoleh ke belakang, terlihat yang satunya menggunakan fasilitas voice call dan yang satunya video call.

Suara mereka cukup keras, persis seperti orang sedang telepon pacar sambil masak di dapur, harus dengan suara agak tinggi karena bersaing dengan suara minyak goreng yang dengan kejam menghanguskan ikan hiu dalam kuali. Mereka lupa atau mungkin ingin pamer bahwa mereka punya pacar dan bisa video call segala.

Masalahnya yang dibicarakan sangat tidak penting, bahkan ada kata-kata "seronok" yang tidak etis didengar oleh penumpang lain. Sekali lagi dia lupa kalau sedang video call dari dalam bus umum. Setelah sekian lama mereka berisik, akhirnya seorang lelaki Malaysia yang duduk persis di belakang saya, berdiri dan melotot ke belakang, dia menegur keras, bahkan sampai membawa-bawa nama negara Indonesia.

"Hai...kamu dari tadi telepon dengan suara keras tidak pikir penumpang lain terganggu ya? Jangan seenakmu seperti di Indonesia!" hardik pemuda itu dengan keras.

Sepintas saya agak tersinggung disebut-sebut nama Indonesia, tetapi kenyataannya demikian. Justeru kedua gadis itu sendiri yang tidak menjaga etika dalam fasilitas publik sehingga nama baik Indonesia jadi sasaran.

Setelah teguran kerad itu, mereka jadi diam, tidak berani lagi berisik sampai ke terminal terakhir. Sebelum turun bus, saya sengaja lambat karena ingin melihat gaya dua gadis yang heboh teleponan sama pacar mereka itu.

Tentang penampilan mereka tidak perlu saya deskripsikan di sini. Yang paling penting bagaimana kita menjaga etika dan menghargai orang lain dalam fasilitas publik supaya kita juga dihargai dan diperlakukan baik sebagaimana mestinya. 

Kita boleh menunjukkan kehebatan yang kita miliki tetapi jangan norak. Hidup mesti menjaga etika karena kita mahluk sosial yang dituntut saling menghargai untuk selalu menjaga kenyamanan bersama.[]

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline