Manusia disebut sebagai hewan yang berakal. Malah kebanyakan agama menilai manusia sebagai mahluk yang paling mulia melebihi mahluk-mahluk lain ciptaan Tuhan.
Akal yang dianugerahkan Tuhan kepada manusia dapat menuntun manusia melakukan inovasi dan kreatifitas yang tinggi. Hasilnya sangat luar biasa, kita bisa saksikan listrik, pesawat, kapal laut, kendaraan darat, televisi, radio, telepon, peta, buku, dan banyak lagi hasil pemikiran manusia.
Hasil kreativitas manusia menjadi bahan pendukung kegitan literasi dan interaksi manusia dalam mengamati, membaca, dan menulis gejala alam untuk kemaslahatan hidup mahluk di muka bumi.
Kegiatan membaca dan menulis juga bermacam-macam. Ada kegiatan membaca dan menulis yang positif, seperti kitab suci, buku ilmu pengetahuan, cerita fiksi, puisi dan sejenisnya. Ada juga kegiatan literasi negatif seperti vandalisme berunsur mesum yang merusak jiwa dan karakter manusia itu sendiri.
Literasi dalam bentuk vandalisme sering kita lihat dimana-mana. Paling umum di meja, kursi, pintu dan tembok sekolah. Di tengah-tengah masyarakat pula sering kita saksikan hal seperti ini di terminal bus, stasiun kereta api, halte bus, wc umum, dan juga di pantat truk dengan segala gaya dan kreativitas.
Literasi yang kurang terarah cenderung sering ditemui di wc umum. Lebih parahnya coretan bernada mesum terelaborasi dengan jelas di sana. Bahkan lengkap dengan gambar alat kemaluan lelaki dan perempuan berikut nomor kontak yang bisa dihubungi.
Separah itukah semangat literasi masyarakat kita sehingga harus menyalurkan hasrat berliterasi di wc umum? Ternyata kemajuan teknologi informatika yang dapat mempromosikan segala hal lewat tulisan di dunia maya seperti media sosial tetap tidak menyurutkan iklan-iklan seronok di kamar kecil.
Dalam hal ini tentu pemerintah daerah harus lebih gesit menyiadakan sarana khusus yang dapat menyalurkan bakat literasi masyarakat supaya penyalurannya lebih terarah dan terkontrol.
Selain itu perlu juga mengintensifkan kegiatan penormalan kembali fasilitas publik dari tindakan vandalisme, seperti pengecatan dinding-dinding yang telah dicoret agar kehidupan masyarakat umum kembali nyaman.
Sekadar berbagi
KL: 24072019
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H