Negara-negara Islam yang tergabung dalam Organisasi Kerjasama Islam (OKI) membuka konferensi tingkat tinggi (KTT) ke-14 di Mekah Al Mukarromah, Jum'at (31/5/2019). KTT OKI kali ini mengambil tema: Makkah Al-Mukarramah Summit: Hand in Hand toward the Future.
Perhelatan akbar yang didominasi oleh negara-negara teluk (gulf countries) tersebut, merupakan ajang perkumpulan negara Islam yang membahas berbagai isu negara anggota dan juga isu global kemanusiaan dalam bingkai keamanan dan integrasi bangsa.
OKI dibentuk pada tahun 1969 di Rabat, Maroko. Pada saat ini OKI dianggotai oleh 57 negara Islam dan 56 diantaranya merupakan negara anggota Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB).
Seperti yang dilangsir oleh beberapa media massa, konferensi kali ini akan mengumumkan tiga dokumen penting, yakni Final Communique of the 14th OIC Summit, the Resolution on the cause of the Palentine, dan Al-Quds Al-Sharif and Makkah Declaration.
Walau bukan negara Islam, Indonesia adalah anggota OKI karena merupakan negara yang berpenduduk Islam paling banyak di dunia. Oleh karena itu, antara OKI dan Indonesia memiliki kepentingan untuk kemajuan Islam di Indonesia yang memiliki andil besar terhadap kemaslahatan umat Islam di dunia.
Tantangan OKI
Isu keamanan dan kemanusiaan di Palestina, Sudan, Suria, dan beberapa negara lainnya termasuk isu muslim Rohingya di Rakhine, Myanmar juga menjadi tantangan berat sekaligus ujian bagi peran OKI dalam stabilitas sosial, politik, ekonomi, dan budaya di kalangan umat Islam dewasa ini.
Dunia Islam harus menjadi ikon perdamaian sebagaimana yang termaktub dalam al-Quran dan al-Hadis yakni Islam merupakan agama yang tinggi dan mengatasi segalanya serta menjadi rahmat bagi sekalian alam. Untuk itu, integrasi masyarakat Islam sangat penting dalam rangka menghapus stigma dunia yang melihat Islam sebagai agama perang dan terorisme yang telah melahirkan Islam phobia di kalangan masyarakat global.
Sebelumnya dalam senior official meeting dan ministerial meeting menteri-menteri luar negeri anggota OKI ke-46 di Abu Dhabi telah mematangkan berbagai isu untuk dibawa ke pertemuan tingkat tinggi OKI ke-14. Beberapa negara Islam tampak lebih solid dan menyambut positif seruan menyelesaikan konflik yang menimpa umat Islam di berbagai negara.
Selama ini konflik keamanan selalu berkepanjangan karena masing-masing pihak cenderung enggan berdialog. Adanya kepentingan dan campur tangan negara-negara adi kuasa membuat setiap dialog sering buntu dan gagal. Buktinya masalah konflik Palestina-Israel sejak beberapa dekade mengadakan perundingan hasilnya nihil dan di kondisi di lapangan justeru semakin parah.
Pertemuan puncak OKI yang diadakan di tanah suci Mekah pada hari-hari terakhir bulan suci Ramadan ini diharapkan menghasilkan sebuah keputusan yang benar-benar memberikan solusi konkrit keatas masalah global sebagai bukti eksistensi dan relefansi peran OKI itu sendiri.