Lihat ke Halaman Asli

T.H. Salengke

TERVERIFIKASI

Pecinta aksara

Saat Harus Memilih antara Baik dan Benar

Diperbarui: 3 Januari 2019   15:12

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

File Newsadvance.com

Suatu sore yang belum lama, lewat kaca televisi kunikmati tayangan film bergendre keluarga, Wonder. Sinea layar lebar yang apik dan sarat pelajaran hidup bagi siapa saja yang telah dan akan menjalani hidup berkeluarga.

Film yang dirilis akhir 2017 yang lalu, dengan alur cerita sederhana ini, sangat mengugah emosi, menjadi film favoritku untuk tahun 2018. Penonton digiring untuk dapat menghayati kebersamaan dan menghormati perbedaan-perbedaan yang ada pada diri seseorang di lingkungan masing-masing.

Sentuhan instink Stephen Chbosky sang sutradara terasa begitu tajam yang didukung oleh kemahiran aktor utama Auggie, sapaan August Pullman (10 tahun) yang diperankan oleh bintang cilik Jacob Tremblay membuat Wonder sebagai film bersahaja yang tepat untuk dinikmati dikala santai.

Selama satu dasawarsa, Auggie mendapat sentuhan rumah secara total, tentu atas kelihaian dan kesabaran orang tuanya Isabel (Julia Robert) dan Nate (Owen Wilson) yang terbangun baik sehingga sajian visual novel Wonder yang ditulis oleh R.J. Palacio bisa mengalir dengan baik.

***

Bukannya Auggie tak mau bersekolah, tapi ia (Jacob Tremblay) memiliki kelainan, menderita craniofacial disease yang cukup langka yang membuatnya minder. Apalagi anak-anak kecil seumurannya tidak terbiasa melihat sesuatu yang tak lazim, menyebabkan mereka tak bisa menutupi reaksi tidak nyaman dari apa yang mereka saksikan.

File CLTure

Suatu hari orang tua Auggie berencana menyekolahkannya secara formal. Suatu hal yang terpenting bagi oarang tuanya, Auggie mendapat pendidikan resmi dan bergaul dengan teman sebaya.

Di situ penonton digugah dengan konflik keluarga bagaimana orangtua menghadapi sang anak yang menolak kehendak mereka. Niat baik orang tua yang ingin anaknya bergaul bebas secara normal seperti kebanyakan anak seusianya, justru ditentang keras oleh Auggie.

Auggie bukan tak punya alasan, tentu saja orang tuanya sudah bisa menebak mengapa Auggie selalu menggelengkan kepala saat diminta untuk bersekolah. Sang bunda tak mau menyerah, pelan-pelan sang meyakinkan kepada anak bungsunya itu bahwa semuanya akan baik-baik saja dan akhirnya Auggie setuju.

Awalnya memang Auggie mengalami hari-hari yang tidak mengenakkan. Classmate-nya mem-bully, bahkan Julian, salah seorang murid mengajak teman-teman sekelasnya untuk menghindari Auggie dengan rumor bisa tertular wabak berbahaya.

File video.wapraz.me

Auggie tetap sabar dan setia dengan kesendiriannya baik di kelas maupun di kantin. Seiring waktu, Auggie semakin menunjukkan kemampuannya di dalam kelas, teman-teman mulai melirik dan membutuhkannya. Ketakutan Auggie lenyap ketika ia mulai ada teman baru yang memiliki hobi sama, bermain Minecraft.
Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline