Lihat ke Halaman Asli

T.H. Salengke

TERVERIFIKASI

Pecinta aksara

Curhat tentang Pendidikan Indonesia hingga ke Seberang

Diperbarui: 25 November 2018   14:33

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dok. Bombastis.com

Jalan raya di jantung kota Kuala Lumpur agak macet pada Rabu petang kemarin. Maklum gerimis mulai turun membasahi sekujur kota, sejak siang langit Negeri Jiran tampak muram ditutupi awan kelabu. Angin bertiup sedikit kencang, dedaunan berguguran ke jalan bak di musim luruh. Masyarakat setempat kelihatan mulai masygul, mengejar destinasi mengelak terjebak dalam kemacetan kota.

Sejak siang, aktivitas saya di Pusat Pendidikan dan Kebudayaan Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) Kuala Lumpur sudah mulai berkurang, rekan kerja menelpon, minta tolong menerima tamu Atdikbud yang terdiri dari puluhan kepala sekolah SD dan SMP dari sebuah kecamatan di daerah Sumatera Barat.

"Maaf kami agak terlambat sampai KBRI karena terjebak macet," demikian konfirmasi yang kuterima dari salah seorang penelpon yang mengaku sebagai pemandu wisata sebuah travel yang membawa rombongan kepala sekolah dari Sumatera Barat itu.

Setelah molor kurang dari satu jam, akhirnya mereka memasuki ruang rapat. Dari penampilan dan gaya, mereka adalah guru-guru senior. Setelah ketua rombongan dan semua peserta memperkenal diri, tampak mereka berpengalaman dan berpengatahuan luas dalam dunia pendidikan.

Sedikit sungkan memang berbicara di depan guru-guru berdedikasi yang semuanya jelas sudah bersertifikasi sesuai bidang masing-masing. Apalagi secara struktural mereka adalah para kepala sekolah. 

Di depan mereka saya harus tampil penuh yakin supaya bisa menjawab semua pertanyaan seputar layanan pendidikan di satuan kerja Atase Pendidikan dan Kebudayaan KBRI Kuala Lumpur serta informasi seputar perkembangan pendidikan menengah dan perguruan tinggi di Malaysia.

Kualitas Pendidikan di Malaysia

Di masa-masa awal kemerdekaanya, Malaysia meminta guru ke Indonesia untuk mengajar di sekolah-sekolah Malaysia. Namun sekarang, fakta dan situasinya terbalik, justru kita yang cenderung belajar ke Malaysia.

Belajar ke siapapun dan dimanapun itu sah-sah saja selama itu terpercaya, sesuai target dan harapan kita. Namun sampai saat ini, seolah-olah kita belum rela melihat fakta pendidikan di Malaysia lebih maju dari Indonesia.

Setiap orang Indonesia yang saya temui saat berkunjung ke Malaysia atau saat saya datang ke daerah-daerah di Indonesia selalu mereka bilang "dulu Malaysia minta guru ke Indonesia." Artinya kita merasa bahwa kita lebih dari Malaysia.

Persepsi ini sangat berbahaya karena seolah-olah kita dinina-bobokan oleh perasaan bahwa kita lebih dari Malaysia. Kita ketahui bersama, ini zaman global, masyarakat dunia berkompetisi kedepan bukan asik dan terlena dengan masa lalu.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline