Malam ini, merupakan malam kelima umat Islam merayakan lebaran. Tentu masih tanggal muda untuk hitungan bulan Syawal 1439 Hijriyah. Langit Bangka tampak terang dihiasi cahaya bintang yang bertebaran. Bulan sabit terlihat jelas tanpa halangan, membuat indahnya langit malam ini terlihat lebih sempurnanya.
Di bumi Bangka, saat ini masyarakatnya masih sibuk menikmati sisa-sisa cuti lebaran. Di alun-alun kota Pangkal Pinang, suasana riuh dengan anak-anak bermain sepedaan, para muda mudi dan orang tua duduk santai di gerai-gerai makan sambil menikmati suasana kuliner malam kota bumi penghasil merica itu.
Di sini, sambil disaksikan bulan sabit, kuberjalan menyusuri jalan Jeneral Sudirman mencari "Martabak Bangka" tetapi tak kutemui. Apakah di Pulau Bangka memang tidak dijual Martabak Bangka seperti yang sering kubeli di Jakarta dan Batam? Apakah sama dengan di daerahku banyak dijual "Jagung Semarang" tetapi tidak ada makanan tersebut saat dicari di kota Semarang? Untuk sementara aku belum mendapat jawabannya.
Dalam hampa, kukembali ke Hotel Cordela tempat aku mengaso. Di kamar yang minimalis, kumasih penasaran dengan Martabak Bangka. Lalu kubuka jendela dan menatap langit yang kini sudah sedikit berawan. Namun bulan sabit tetap tampak jelas seolah-olah berkata, istirahatlah agar esok pagi bisa menikmati keindahan alam Bangka yang mempesona.(*)
Pangkal Pinang: 20062018
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H