Lihat ke Halaman Asli

T.H. Salengke

TERVERIFIKASI

Pecinta aksara

Dongeng "Si Malin Kundang" dari Malaysia

Diperbarui: 4 Mei 2018   12:43

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Proses seleksi dan penjurian peserta via video. (Dok. Pribadi)

Kata demi kata tersusun rapih menjadi kalimat yang enak dicerna, disampaikan dalam satu penyampaian cerita yang menarik untuk disimak. Sebuah cerita dongeng "Si Malin Kundang" dituturkan oleh sedikitnya lima mahasiswa asal Malaysia di ajang kompetisi lomba pidato bahasa Indonesia bagi penutur asing (BIPA) yang berlangsung di Sekolah Indonesia Kuala Lumpur, Sabtu akhir pekan lalu.

Dongeng "Si Malin Kundang" adalah cerita yang paling diminati oleh rakyat Malaysia untuk disampaikan saat lomba pidato dan bercerita BIPA yang merupakan program rutin tahunan Atase Pendidikan dan Kebudayaan KBRI Kuala Lumpur. Ada juga dongeng lainnya yang turut dipilih oleh peserta seperti Putri Mandalika atau Putri Nyale, Batu Bergantung, dan Sangkuriang.

Selain peserta dari Malaysia, ada juga peserta dari Thailand, Yaman, Turki, Tiongkok, dan Banglades yang jumlah keseluruhan peserta tahun ini adalah 33 orang. Dari jumlah tersebut, 10 orang peserta akan terpilih menjadi finalis yakni 5 dari cabang pidato dan 5 dari cabang bercerita. Para finalis dijadwalkan akan bertemu di Kedah, wilayah Semenanjung Malaysia bagian utara tepatnya di kampus Universitas Utara Malaysia (UUM).

***

Tingginya minat para penutur asing untuk mengikuti lomba pidato dan bercerita dalam bahasa Indonesia, akan menjadi pintu promosi bahasa dan budaya Indonesia kepada masyarakat luar. Apalagi para pemenang akan berkesempatan mengikuti upacara kenegaraan pada HUT RI di istana merdeka dan keliling ke beberapa destinasi wisata tanah air, tentu akan menjadi kebanggan dan pengalaman tersendiri bagi mereka yang akan diceritkan kembali kepada teman dan keluarga di negara masing-masing.

Pembukaan lomba pidato dan bercerita BIPA. (Dok. Pribadi).

Upaya memasyarakatkan bahasa Indonesia melalui medium pidato dan cerita rakyat di kalangan penutur asing, hendaknya sekaligus memelihara bahasa daerah di kalangan masyarakat Indonesia karena bahasa daerah adalah keunikan yang menjadi kebanggan keberagaman bangsa Indonesia agar tidak hilang begitu saja seiring bergulirnya zaman globalisasi yang serba modern. 

Di tataran nasional, bahasa Indonesia sebagai bahasa pemersatu bangsa harus benar-benar mendapat tempat khusus yang peran dan eksistensinya benar-benar bisa dibanggakan oleh masyarakatnya.(*)

Sekadar berbagi dari Negeri Jiran.

KL: 04052018

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline