Setelah pembubaran Parlemen Malaysia pada Sabtu pekan lalu, genderang perang demokrasi ditabuh, waktu pemilu pun ditetapkan tanggal 9 Mei 2018. Rakyat Malaysia riuh dengan tingkah partai politik yang mulai mendekat dan menebar janji dan harapan.
Koalisi partai penguasa "Barisan Nasional" yang domotori oleh UMNO (Organisasi Kesatuan Melayu Bersatu) pimpinan Perdana Menteri Najib Razak tampak masih mendominasi situasi politik Negeri Jiran, yang walaupun ada beberapa daerah strategis masih dikuasai oleh partai oposisi.
Namun UMNO dalam kubu Barisan Nasional tidak mau kalah bahkan semakin gencar menancapkan dominasi kuasanya dengan BR1M, sebentuk bantuan langsung kepada rakyat seperti bantuan untuk para bujangan yang belum bekerja, bantuan untuk keluarga yang berpenghasilan di bawah 10 juta rupiah, tunjangan 2.5 juta rupiah dalam bentuk kartu debit petroleum bagi sopir taksi, beasiswa dan pinjaman belajar, dan tunjangan bagi warga lansia. Selain itu ada pula kenaikan gaji tentara, polisi dan bagi pegawai aparatur sipil negara, serta berbagai insentif lainnya termasuk mencairkan dana milyaran ringgit untuk beberapa proyek mega yang manfaatnya dapat dirasakan langsung oleh masyarakat.
Mesin politik koalisi Barisan Nasional terus digerakkan di semua penjuru negeri. Bahkan setengah jalan Malaysia seakan-akan dipenuhi hanya oleh bendera Barisan Nasional saja.
Barisan Nasional yakin bahwa Pemilu ke-14 Malaysia yang akan berlangsung pada pekan kedua bulan Mei mendatang, masih akan memihak kepada mereka dimana rakyat Malaysia tetap akan memberikan kepercayaan kepada Barisan Nasional.
Namun demikian, UMNO dan Barisan Nasional tetap digasak dengan berbagai isu korupsi dan penyalahgunaan kuasa oleh koalisi oposisi yang dikomandani mantan PM Mahathir Mohammad yang pernah berkuasa selama 23 tahun di Malaysia.
Mahathir yang tidak puas dengan kinerja penerusnya, memilih meninggalkan partai UMNO yang pernah mengusungnya menjadi PM selama 23 tahun. Kini sang mentor memimpin kubu oposisi "Pakatan Harapan" yang diperkuat oleh Dr. Wan Azizah (istri mantan Deputi PM Anwar Ibrahim yang juga Presiden Partai Keadilan Rakyat/PKR) dan mantan Deputi PM Muhyidin Yasin yang ketika didepak oleh Najib Razak mendirikan partai sendiri yaitu Partai Pribumi Bersatu bersama Tun Mahathir Mohamad.
Di tahun-tahun akhir perjuangan koalisi partai oposisi melawan penguasa untuk merebut kuasa di Malaysia, Partai Islam Se-Malaysia (PAS) memilih keluar dari koalisi "Pakatan Harapan" dan berjuang sendiri karena tidak juga bergabung dengan Barisan Nasional setelah meninggalkan kubu oposisi.
Sikap PAS tersebut secara tidak langsung melemahkan posisi oposisi dan menstabilkan kekuatan Barisan Nasional. Maka dari itu, partai penguasa UMNO dan koalisinya dalam Barisan Nasional semakin yakin dapat kembali berkuasa dan PM Najib Razak tetap aman mempertahankan kuasanya sebagai Perdana Menteri Malaysia.(*)
Sekadar berbagi tentang situasi politik negeri seberang menjelang Pemilu ke-14 Malaysia.
Kl:14042018