Lihat ke Halaman Asli

T.H. Salengke

TERVERIFIKASI

Pecinta aksara

Malam Terakhir di Bumi Seribu Masjid

Diperbarui: 24 Juni 2017   15:05

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dokumentasi Pribadi

SALAT TARAWIH yang terakhir di bulan Ramadan tahun ini kurampungkan di masjid Hubbul Wathan Islamic Center Mataram. Masjid besar di atas lahan seluas 76 hektar itu tersergam indah dan sangat ikonik, seolah-olah melengkapi sebutan Lombok sebagai Bumi Seribu Masjid.

Malam ini merupakan malam terakhir umat Islam menunaikan salat tarawih. Demikian juga di Lombok, masjid-masjid penuh sesak seperti yang saya saksikan di masjid Hubbul Wathan Islamic Center Mataram, para jamaah sampai tidak mendapatkan tempat. Semua area ibadah di tingkat satu dan dua penuh sesak bahkan sampai ke emperan luar di bawah eskalator.

Berdasarkan informasi yang ada, masjid Hubbul Wathan mampu menampung jamaah antara 17 sampai dengan 20 ribu orang. Artinya, jamaah yang menunaikan salat tarawih di malam terakhir ini mencapai 17 ribu orang jamaah. Sejak diresmikan oleh Presiden Joko Widodo tahun 2016 yang lalu saat penyelenggaraan MTQ Nasional XXVI, masjid yang dibangun pada awal pemerintahan gubernur penghafal al-Qur'an Dr. TGH. Zainul Majdi ini baru pertama kali digunakan untuk salat tarawih dan salat idul fitri.

Selama bulan Ramadan, salat tarawih di masjid Hubbul Wathan diimami oleh para huffaz dari Mesir, Lebanon, Maroko dan Yordania.

***

Dokumentasi Pribadi

Orang Sasak, Lombok terkenal patuh dan taat beragama. Karakter masyarakatnya lebih suka bergotong royong membangun masjid daripada membangun rumah dan juga lebih mengutamakan umrah dan haji daripada melancong ke luar negeri.

Dari kaca mata sosiologis, ada alasan transendeltal mereka mengejar umrah dan haji karena status haji yang melekat pada diri orang Sasak akan menentukan status dan kelas sosial di kalangan masyarakat Lombok yang agamis. Oleh karena itulah mereka selalu berupaya untuk menunaikan ibadah umrah dan haji supaya mendapatkan tempat dan legitimasi masyarakatnya. Buktinya gelar dan panggilan dalam masyarakat bisa berubah dari "Amak" ke "Mamik".

***

Dokumentasi Pribadi

Islamic Center Mataram dibagun oleh arsitektur hebat Indonesia dari Pusat Diskusi Arsitektur dan Desain Zulkifli Yusuf, Jakarta dengan anggaran biaya sebesar 356 milyar rupiah. Dana tersebut  berasal dari APBD dan PT Newmonth Nusat Tenggara, sebuah perusahaan tambang emas di Batu Hijau, Sumbawa Barat.

Kedepan, Islamic Center ini akan benar-benar berfungsi sebagai pusat kajian keilmuan dan pengembangan budaya karena fasilitasnya terdiri dari pusat ibadah, pendidikan, wisata religi, olahraga, restoran, museum dan beberapa fungsi sentral lainnya.

Selain sebagai lambang kemegahan Islam masyarakat Nusa Tenggara Barat, Islamic Center ini juga menjadi sentra pemersatu masyarakat NTB tanpa ada lagi unsur status dan kelas sosial, ideologi, partai politik dan juga suku. Islamic Center Mataram benar-benar simbol integrasi masyarakat Provinsi Nusa Tenggara Barat. Terbukti bedug besar yang ada di lantai dasar masjid Hubbul Wathan bertuliskan Persatuan Islam Tionghoa Indonesia (PITI-NTB).

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline