ORANG bijak berkata, lain padang lain belalang, lain lubuk lain ikannya. Sesuatu yang baik bagi kita belum tentu baik bagi orang lain, demikian juga sebaliknya. Dalam berkomunikasi, setiap masyarakat di dunia ini memiliki cara tersendiri. Bisa saja orang lain berkata dengan bahasa yang sopan tetapi kita menangkapnya dengan kesan yang tidak baik.
Di kawasan alam Melayu Nusantara, banyak masyarakat yang bertutur dengan bahasa dan dialek Melayu yang kental seperti di Indonesia, Malaysia, Singapura, Brunei, dan Thailand bagian selatan serta di beberapa negara lain. Mencermati komunikasi masyarakat Indonesia dan Malaysia, sering mengalami masalah dalam berkomunikasi yang walaupun bahasa yang digunakan cenderung mirip namun memiliki arti dan maksud yang berbeda. Contoh sederhana adalah kata "awak" di Indonesia berarti "aku". Tetapi kata "awak" di Malaysia berarti "kamu".
Ternyata di balik kemiripan kata dan kalimat pertuturan, muncul masalah serius karena memiliki arti dan maksud yang berbeda. Namun dalam tulisan ini, khusus menyorot lima kata dalam bahasa Indonesia yang memiliki arti dan maksud kurang baik di kalangan masyarakat Malaysia sbb:
1. Butuh (perlu). Kata yang bermaksud perlu. Kata tersebut di Malaysia berarti kemaluan laki-laki. Karena kita lebih menggunakan padanan kata butuh dengan perlu, maka apabila kamu berkunjung ke Malaysia untuk kegiatan resmi atau sekadar melancong, maka pakailah kata perlu di setiap tempat. Jangan pakai kata butuh karena kaum hawa di Malaysia bisa ketawa atau bahkan marah.
2. Liwet (nasi liwet/merebus). Kata liwet akan kedengaran liwat oleh orang Malaysia karena mereka tidak begitu arif dengan nasi liwet. Kata liwat bagi orang Malaysia memiliki arti kurang enak didengar yaitu sodomi.
3. Buntut (ekor). Hampir di seluruh Indonesia selalu saja kita lihat tulisan sup buntut di restoran mewah atau warung pinggir jalan. Namun kata buntut yang oleh orang Indonesia bermakna ekor, tetapi bagi orang Malaysia kata tersebut merujuk maksud pantat atau dubur.
4. Pantat (dubur). Di Indonesia kadang sesetengah kalimat kita temui begini "jangan pantati penonton". Artinya jangan membelakangi penonton. Namun di Malaysia, kata yang sudah tidak enak disebut di Indonesia ini, ternyata di Malaysia lebih tidak enak karena mengandung arti alat kelamin perempuan. Kata mempantati mengandung arti menyetubuhi bagi orang Malaysia. Jadi jangan sampai berkata "aku mempantatimu" karena bisa dituduh melakukan perbuatan pelecehan seksual.
5. Gampang (mudah). kata ini sangat jamak sekali kita dengar dalam percakapan sehari-hari di Indonesia. Namun di Malaysia cukup dihindari karena berarti anak yang lahir dari hubungan luar nikah atau biasa mereka sebut "anak haram."
Semoga dengan memperhatikan pemakaian kata dalam bertutur di negara orang, dapat menghindari terjadinya salah paham selama berinteraksi dengan masyarakat setempat.***
KL:22052017
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H