Lihat ke Halaman Asli

T.H. Salengke

TERVERIFIKASI

Pecinta aksara

Pekerja Migran Indonesia Pionir Mahasiswa UT di Malaysia

Diperbarui: 1 Oktober 2022   08:45

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

10 pendahulu UT di Malaysia. Dok.Foto/TH Salengke

Pada awal tahun 2009 silam, di ujung selatan benua Asia, tepatnya di kota Johor Bahru, Johor, Darul Takzim, saya mulai menggagas berdirinya Universitas Terbuka  Indonesia di Malaysia.

Bersama 10 orang mahasiswa pertama, sebagaimana yang disyaratkan oleh Unit Program Belajar Jarak Jauh (UPBJJ) Batam, kami semua mulai melangkah dengan penuh yakin, untuk merealisasikan program membangun pekerja migran dari negeri seberang.

Sepuluh mahasiswa UT pertama benar-benar menjadi pionir berkembangnya UT di Malaysia hingga ke hari ini. Mereka adalah: Cep Sukatman, llmanuddin, Hanafi, Suharti Ambon, Ustadzi Mahfudji, Wiwiningsih, Yunita Agustini, Nursait, Gofur Fitriana, dan Dewi Lidwinah.

Tak dapat dipungkiri, merekalah yang menginspirasi ratusan dan bahkan ribuan mahasiswa UT di Malaysia saat ini. Mereka juga penguat dan penyemangat saya, sehingga bisa intens menemui perkumpulan PMI di setiap akhir pekan, mengajak dan meyakinkan mereka untuk bersekolah, memanfaatkan waktu luang selama merantau.

Dengan niat dan tekat yang kuat, kami semua melangkah untuk merealisasikan impian menjadi seorang sarjana. Dengan berbekal salinan ijazah SMA sederjat atau salinan ijazah Paket C, Pekerja Migran Indonesia (PMI) bisa mendaftar kuliah di seluruh Pokjar UT yang tersebar di Malaysia.

Saat itu kami yakin, suatu saat UT Indonesia akan berkembang pesat di Malaysia. Kita inginkan bisa lebih ramai lagi masyarakat Indonesia di luar negeri yang dapat meneruskan pendidikan mereka ke jenjang perguruan tinggi.

Para pendahulu mahasiswa UT tersebut, merupakan pekerja pabrik di wilayah Johor Bahru. Sehari-hari sibuk dengan rutinitas yang kadang tidak kenal siang dan malam. Bahkan di akhir pekan, mereka harus kerja lembur (over time) yang sifatnya wajib, karena kalau tidak hadir, bisa didenda potong gaji yang jumlahnya bisa dua kali lipat dari gaji normal per harinya.

Semangat 10 pendahulu mahasiswa UT tersebut membuat saya selalu yakin melangkah untuk merealisasikan sebuah keinginan mulia ini, agar para PMI bisa mendapat kesempatan kuliah di tengah kesibukan bekerja.

Suka duka membangun UT pertama kali, tentu banyak sekali, tak mudah menyakinkan calon mahasiswa. Maklum untuk angkatan pertama, belum ada bukti nyata yang bisa dijadikan rujukan seperti mahasiswa sekarang ini. Mereka berusaha meyakinkan diri dan menaruh harapan kepada saya untuk mengurus mereka kuliah sambil bekerja

Tentu titik kulminasi dari semua itu adalah agar para TKI bisa wisuda, menjadi seorang sarjana sebelum kembali ke tanah air. Dengan itulah mereka bisa membuktikan kepada keluarga masing-masing, bahwa banyak jalan untuk sukses tanpa harus membebani kedua orang tua mereka.

Saat pertama dulu, dalam segala keterbatasan pengalaman pengurus UT, tentu mereka mengalami masa-masa sulitnya. Kami kesulitan akses modul, tidak ada bimbingan tutorial online atau tatap muka, bahkan ujian akhir semester di minggu pertama tidak dapat kami selenggarakan atas berbagai kendala yang dihadapi pengurus dan mahasiswa, tetapi semuanya mensikapi dengan lapang dada dan tetap mencari solusi terbaik agar perkuliahan bisa berjalan sebagaimana yang diharapakan bersama.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline