Lihat ke Halaman Asli

Tak Ada yang Terbebas dari Kehendak Langit

Diperbarui: 25 Juni 2015   02:22

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Banyak yang menyalakan api saat angin berhembus kencang. Sementara Takdir tak bisa digugat;

Di rumah, di jalanan, di kolong jembatan, orang-orang bergeming meski tubi-tubi kebohongan menusuk janji.

"Semua hanya masalah waktu dan takdir,”

"Pada waktunya, akan datang sebuah cahaya keadilan. Hingga genaplah apa yang diucapkan Sang Pujangga si pembaca pola langit,"

Meski tampak suram seperti lentera kehabisan minyak sebelum fajar, mereka tetap berpijak di atas tanah negrinya.

"Gelap adalah pintu masuk cahaya,"

Meski pemimpinnya tampak lemah bagai cahaya bulan yang memudar kala Subuh, mereka tetap percaya,

"Pagi akan melahirkan matahari,"

Menjelang tidur, para ayah berbisik pada anak-anaknya, "Semua hanya masalah waktu dan takdir. Tak ada yang terbebas dari kehendak Langit,"

Para Ibu mengecup bayi-bayi mereka seraya berbisik, "Kelak, jika kau dalam kepedihan, serahkanlah dirimu pada langit timur. Selamat tidur, Nak..."

-Jakarta, 1 Agustus 2012-

* sangat dipengaruhi oleh syair-syair Zaman Kekaisaran China




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline