Analisis Teknikal adalah metode yang umum dan sering digunakan oleh para investor saham, baik di Indonesia ataupun seluruh dunia. Pendekatan ini populer dalam dunia investasi, karna secara aktual memberikan para investor indikator yang memudahkan dalam memahami pergerakan harga saham. Menggunakan pendekatan teknikal, berarti berfokus pada data historis dan grafikyang menjadi indikator utama dalam pendekatan ini.
Pendekatan teknikal mengggunakan berbagai alat analisis untuk mengidentifikasi tren, pola harga, dan momentum yang dapat digunakan untuk mengambil keputusan investasi yang lebih baik yang secara umum dapat digolongkan ke dalam lima prinsip dasar, yakni harga mencerminkan pasar, melakukan identifikasi tren harga saham, meyakini kalau pergerakan harga saham merupakan pola yang berulang, volume perdagangan adalah hal yang penting untuk dipahami dan menggunakan pola harga indikator untuk memahami pergerakan harga saham.
Pertama, Prinsip dasar analisis teknikal adalah keyakinan bahwa semua informasi yang relevan tentang suatu saham sudah tercermin dalam harga. Hal ini berarti, analisis teknikal mengasumsikan bahwa segala faktor fundamental, berita, atau sentimen pasar yang dapat memengaruhi harga saham sudah tercermin dalam grafik harga saham itu sendiri. Hal inilah yang membuat analisis teknikal menjadi metode yang berguna dalam memahami pergerakan harga saham, terutama jika Anda ingin mengidentifikasi tren, pola harga, dan titik masuk atau keluar yang potensial.
Kedua, Analisis teknikal berfokus pada identifikasi tren harga saham. Tren dapat bersifat bullish (naik), bearish (turun), atau sideways (datar). Tren bullish terjadi ketika harga saham cenderung naik secara konsisten. Ini berarti bahwa puncak dan lembah harga secara umum bergerak ke atas. Tren bullish dapat terjadi karena faktor-faktor seperti pertumbuhan laba yang kuat, sentimen positif pasar, atau perkembangan positif dalam perusahaan yang bersangkutan.
Tren bearish terjadi ketika harga saham cenderung turun secara konsisten. Ini berarti bahwa puncak dan lembah harga secara umum bergerak ke bawah. Tren bearish dapat disebabkan oleh faktor-faktor seperti penurunan laba, sentimen negatif pasar, atau peristiwa yang merugikan perusahaan. Tren sideways, juga dikenal sebagai tren konsolidasi, terjadi ketika harga saham bergerak dalam kisaran yang relatif sempit tanpa arah yang jelas. Ini bisa terjadi ketika pasar tidak memiliki arah yang pasti atau ketika terdapat keseimbangan antara pembeli dan penjual.
Ketiga, Analisis teknikal mengasumsikan bahwa sejarah pergerakan harga saham akan cenderung berulang. Pola dan tren yang terlihat di masa lalu dapat memberikan petunjuk tentang apa yang mungkin terjadi di masa depan. Tingkat dukungan (support) dan resistensi (resistance) adalah tingkat harga tertentu di mana harga saham telah mengalami reaksi sebelumnya. Analisis teknikal mengasumsikan bahwa tingkat dukungan dan resistensi ini akan berfungsi sebagai zona yang mungkin mempengaruhi pergerakan harga di masa depan.
Perilaku investor, termasuk perilaku berulang seperti pembelian saat harga rendah (buy low) dan penjualan saat harga tinggi (sell high), akan berdampak pada pergerakan harga di masa mendatang, seperti "head and shoulders" (kepala dan bahu), "double top" (puncak ganda), "flag," dan banyak lainnya. Pola-pola ini dilihat sebagai refleksi dari psikologi pasar dan dapat memberikan petunjuk tentang pergerakan harga yang mungkin terjadi di kemudian hari.
Keempat, Volume perdagangan, atau jumlah saham yang diperdagangkan, adalah faktor penting dalam analisis teknikal. Volume dapat mengonfirmasi atau menolak sinyal harga dan mengindikasikan seberapa kuat atau lemahnya sebuah tren. . Volume dapat digunakan untuk mengkonfirmasi tren. Misalnya, jika harga saham naik (tren bullish) dan volume perdagangan juga meningkat, itu adalah tanda positif bahwa tren naik tersebut kuat dan berkelanjutan. Sebaliknya, jika harga naik tetapi volume rendah, ini dapat menjadi tanda peringatan tentang kekuatan tren tersebut. Para analis sering menggunakan indikator volume, seperti On-Balance Volume (OBV) atau Money Flow Index (MFI), untuk membantu mereka dalam memahami pergerakan volume dan menggunakannya dalam pengambilan keputusan investasi.
Terakhir, Analisis teknikal menggunakan pola harga dan indikator teknikal untuk membantu dalam pengambilan keputusan. Pola harga meliputi formasi seperti "head and shoulders" (kepala dan bahu), "double top" (puncak ganda), dan banyak lainnya. Indikator teknikal, seperti Relative Strength Index (RSI) dan Moving Average Convergence Divergence (MACD), memberikan data tambahan untuk mengkonfirmasi atau memahami tren.
Relative Strength Index (RSI) atau Indeks Kekuatan Relatif, yang merupakan Indikator ini mengukur sejauh mana pergerakan harga saham menguat atau melemah dalam periode tertentu. RSI digunakan untuk mengidentifikasi kondisi overbought (terlalu tinggi) atau oversold (terlalu rendah), yang bisa menjadi tanda pembalikan tren. Cara kerja RSI melibatkan perhitungan perbandingan antara kenaikan (perubahan positif) dan penurunan (perubahan negatif) harga aset selama periode waktu tertentu. Indikator ini menghasilkan nilai antara 0 hingga 100 dan digunakan untuk mengidentifikasi potensi pembalikan tren atau kelanjutan tren yang ada.