Lihat ke Halaman Asli

Thoriq Ahmad Taqiyuddin

Audaces Fortuna Iuvat

Pertempuran Israel dan Palestina: Perebutan Tanah Suci Tiga Agama

Diperbarui: 14 Oktober 2023   16:38

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Serangan Roket di Wilayah Gaza (Image Source: viva.co.id)

Konflik antara Israel dan Palestina adalah salah satu konflik yang paling panjang dan kompleks dalam sejarah modern. Dalam seribu kata ini, kami akan menjelaskan perkembangan konflik selama seabad terakhir, yang telah membentuk wilayah ini dan dunia dengan cara yang tak terelakkan.

Awal abad ke-20 melihat Palestina sebagai bagian dari Kesultanan Utsmaniyah. Selama Perang Dunia I, Inggris mengambil alih kendali wilayah tersebut setelah kampanye militer yang dikenal sebagai Pertempuran Beersheba pada tahun 1917. Akibatnya, Palestina menjadi mandat Inggris di bawah Liga Bangsa-Bangsa.

Setelah Perang Dunia II, Inggris memutuskan untuk menyerahkan masalah Palestina ke Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB). Pada tahun 1947, PBB mengusulkan pembagian Palestina menjadi dua negara berdaulat: satu untuk orang Yahudi dan satu untuk orang Arab. Rencana ini diterima oleh komunitas Yahudi, yang sudah mendirikan masyarakat mereka sendiri di Palestina, sementara pihak Palestina menolaknya, merasa bahwa proposal itu merampas hak mereka atas tanah.

Perang Arab-Israel 1948 menghasilkan pendirian Israel, tetapi juga memaksa ratusan ribu orang Palestina untuk melarikan diri dari rumah mereka, menciptakan populasi pengungsi Palestina yang terus bertumbuh. Mereka mengungsi ke berbagai negara Arab dan daerah terpencil di Tepi Barat dan Jalur Gaza.

Pada tanggal 14 Mei 1948, David Ben-Gurion, pemimpin komunitas Yahudi di Palestina, mengumumkan kemerdekaan Israel. Ini memicu reaksi keras dari negara-negara Arab sekitarnya, yang memandang pendirian Israel sebagai tindakan ilegal. Dalam beberapa hari, pasukan dari Mesir, Yordania, Suriah, dan Irak meluncurkan serangan terhadap Israel, memicu Perang Arab-Israel pertama, yang juga dikenal sebagai Perang Kemerdekaan Israel.

Pada tahun 1967, ketegangan antara Israel dan negara-negara Arab mencapai puncaknya, memicu Perang Enam Hari. Israel berhasil mengalahkan Mesir, Yordania, dan Suriah dalam konflik ini, dan menduduki wilayah-wilayah baru, termasuk Yerusalem Timur, Tepi Barat, dan Jalur Gaza. Penaklukan ini menciptakan ketegangan yang lebih besar dalam konflik Israel-Palestina, mengingat banyak wilayah yang ditempati Israel dianggap sebagai ilegal oleh hukum internasional.

Konflik Israel-Palestina telah memiliki dampak yang signifikan pada kedua masyarakat. Bagi masyarakat Israel, konflik ini telah menciptakan ketegangan konstan dan kebutuhan akan keamanan yang tinggi. Serangan teroris dan konfrontasi dengan kelompok-kelompok Palestina seperti Hamas di Gaza telah menyebabkan ketidakpastian dan kecemasan yang berkepanjangan. Sementara itu, wajib militer untuk warga Israel mempengaruhi hampir setiap keluarga, dengan banyak orang muda yang harus menghadapi pilihan berat di antara kewajiban militer dan harapan pendidikan dan karier.

Bagi masyarakat Palestina, konflik ini telah berdampak pada kehidupan sehari-hari mereka dalam banyak cara. Banyak orang Palestina telah kehilangan rumah mereka karena konflik dan pemukiman Israel. Ini menciptakan populasi pengungsi yang terus bertambah di berbagai negara Arab dan wilayah yang ditempati Israel. Tingkat pengangguran yang tinggi dan ketidakpastian ekonomi menjadi tantangan utama yang dihadapi oleh masyarakat Palestina, sementara pembatasan pergerakan yang diberlakukan oleh Israel di Tepi Barat dan Gaza telah mempengaruhi mobilitas dan akses ke layanan dasar.

Sejak dekade 1990-an, berbagai upaya telah dilakukan untuk mencapai perdamaian yang berkelanjutan antara Israel dan Palestina. Selain Perjanjian Oslo, ada upaya lain seperti Camp David Accords (1978), Perjanjian Wye River (1998), dan Usaha Perdamaian Terakhir (2013-2014). Namun, sebagian besar upaya tersebut belum berhasil mencapai solusi yang diterima oleh kedua belah pihak.

Dalam upaya untuk mengakhiri konflik, pada tahun 1993, Perjanjian Oslo ditandatangani antara PLO (Organisasi Pembebasan Palestina) dan Israel. Perjanjian ini membuka jalan bagi pendirian Otoritas Palestina, yang mendapatkan kendali terbatas atas Tepi Barat dan Jalur Gaza. Ini juga memulai proses damai yang diharapkan akan mengarah pada solusi dua negara.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline