Lihat ke Halaman Asli

Thoriq Ahmad Taqiyuddin

Audaces Fortuna Iuvat

Artificial Love (Cinta Buatan)

Diperbarui: 20 Oktober 2022   01:29

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

Pengalaman mengasihi dan dikasihi yang terinduksi dalam diri seorang manusia dewasa membuat kita sadar kalau perasaan ini adalah repetisi dari perasaan kita di masa kecil. 

Keyakinan kita untuk mencintai tidak sadar adalah hasil dari pengalaman di masa lalu, yaitu kesadaran kasih sayang yang pernah kita alami dan rasakan di masa kecil.

Artificial Love secara harfiah dapat diartikan sebagai Cinta Buatan. Memang, dalam memandang cinta ini semua orang memiliki sudut pandangnya masing-masing. 

Semua orang bebas bicara, karna perasaaan ini adalah salah satu ekspresi kebebeasan yang dimiliki oleh manusia. Sejak kita dilahirkan dan mulai menyadari kalau kebiasaan, kepedulian, perhatian dan pemberian tumbuh bersama dengan kasih sayang, disana kita menyadari kalau cinta bersemi diantara semuanya.

Hanya saja seperti 2 sisi koin, perasaan ini memiliki 2 spektrum yang saling bertolak belakang. Di satu sisi ia adalah keindahan, namun di sisi yang lain ia adalah derita yang tak kunjung usai. 

Dimanapun kita duduk, selalu ada sepasang telinga yang sedang khusyuk mendengarkan curhatan rekannya yang sedang kasmaran ataupun patah hati.

Cinta adaah sebuah pengalaman yang tidak dapat digeneralisasi menjadi satu perwujudan tertentu. Sebuah pengalaman yang unik dan memaksa kita untuk terus bereksplorasi dengannya, menciptakan kejutan bersama seorang yang kita cintai ataupun sekedar mengikuti romansa cinta khas tayangan televise dan lagu yang sering kita dengarkan.

Voltaire pernah mengatakan kalau "Cinta adalah kemenangan kebodohan atas akal". Saya sependapat dengan pernyataan ini. Kesadaran kita akan menurun bersama seorang yang kita cintai. 

Keinginan kita untuk bersama mengalahkan segala keinginan lain yang kita rasakan dalam ambisi akal dan logika kita. Kegilaan adalah hal  terakhir yang kita rasakan saat mengalami jatuh cinta.

Melihat dunia modern dengan pesatnya arus informasi, dan terbanjirinya kita dengan informasi-informasi yang tidak kita maksudkan membuat imajinasi kita tentang suatu hal menjadi sangatlah tinggi. Keinginan kita untuk mencapai puncak dari segala sesuatu menjadi semakin tidak teriringi dengan detil-detil terperinci tentang sebuah hal tertentu.

Keinginan kita untuk menjadi kaya secara instan dengan berbagai investasi model skema Ponzi, ataupun mendapatkan kehidupan cinta ideal selayaknya tayangan populer. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline