Lihat ke Halaman Asli

Thoriq Ahmad Taqiyuddin

Audaces Fortuna Iuvat

Pandangan Moral Soal Santun dan Saling Menghargai

Diperbarui: 10 November 2020   04:11

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Mencintai Indonesia dengan Jiwa dan Raga

Menghargai adalah perihal keyakinan yang diimplementasikan. Menghargai adalah perihal moral yang kita bawa dalam lingkungan pergaulan sehari-hari kita. Karna, perihal menghargai adalah perihal mengakui keragaman yang ada diantara lingkungan pergaulan sehari-hari dan dengan tulus menerima kehadiran mereka sebagai bagian dari realitas hidup kita.

Dalam lingkungan yang identitasnya seragam, mungkin seseorang begitu terikat dengan norma dimana ia dibesarkan. Dengan segala adat-istiadat, dengan segala larangan dan perintah ataupun nilai-nilai yang mereka warisi dari kakek-nenek mereka. Tapi, saat ini dimana ide-ide tentang globalisai mulai disebarluaskan dan dianggap sebuah proses kemajuan, batas-batas pemisah sedikit demi sedikit hilang dan dihapuskan. Karna tujuan globalisasi adalah Universalitas dan Perdamaian. Maka, tidak baik kiranya apabila kita membiasakan diri untuk menutup diri dari lingkungan pergaulan dan memilih untuk menutup diri dari era globalisasi hanya karna ingin mempertahankan nilai yang tidak diakui manusia secara universal. Menghargai dan dihargai adalah apa yang ingin diterima oleh setiap orang, walau terkadang lingkungan sekitar memberikankan kita dorongan buruk yang membuat kita berfikir negatif dan akhirnya berperilaku negatif. Tapi itu semua bukanlah masalah, karna realitas yang kita temui sehari-hari hanyalah cerminan dari fikiran yang selalu kita ulangi berkali-kali. Dengan secara terus menerus kita memikirkannya, maka otak kita pun menerimanya sebagai sebuah keyakinan. Maka, yakinilah kalau kebaikan ada dalam penghargaan dan hargailah seseorang sebagaimana kamu ingin dihargai,

Jauhi sikap diskriminatif ataupun kalimat-kalimat yang tak pantas untuk diucapkan. Tindakan ataupun ungkapan membeda-bedakan biasa terjadi karna kebencian, tanpa pertimbangan dan banyak berdasarkan. Sikap membedakan biasa dimulai dari suatu perbedaan kebiasaan yang remeh. Namun karna ketertutupan diri, ada keengganan untuk membicarakannya di ruang umum ataupun kalngan khalayak. Maka kebencianpun mulai lahir diantara keduanya. Hargailah orang lain dengan tulus, jujur, dan sungguh-sungguh tanpa adanya memanipulasi atau kepura-puraan karna menginginkan tujuan lain. Dalam lubuk hati yang paling dalam, kita semua memiliki perasaan yang sama, ingin dihargai. Menghargai orang lain tanpa memberikan batasan atas perbedaan yang ada, seperti suku, agama, ras ataupun latar belakang lainnya. Hindarilah perkataan-perkataan sensitif seperti suku, ras, ataupun agama diperdebatkan. Karna, menghargai dan menghormati berarti memperlakukan orang lain dengan baik dan benar, baik secara perkataan ataupun perbuatan.

Lalu, apabila kita bicara tentang keragaman agama. Mungkin sejak masa Presiden Gus Dur, Indonesia dikenal sebagai Negara yang sangat Plural dengan mendukung satu agama tertentu dan mengakomodir kepentingan agama lain. Hal ini dapat kita lihat dalam hari libur nasional yang berlatar dari 6 agama yang diakui. Secara spesifik, nilai-nilai peribadatan dari agama-agama tersebut beragam. Tapi secara umum, dalam setiap ajaran agama terkandung sebuah nilai universal, yaitu kebajikan dan perdamaian. Dalam agama, Tuhan adalah zat yang paling manusia taati perintahnya Dengan menyadari bahwa penghormatan pada manusia adalah anjuran tuhan. Maka, menghormati dan menghargai sesama manusia artinya menaati tuhan. Nilai universalitas tersebut ajaran ataupun anjuran agama untuk menghargai hak-hak kemanusiaan dan penghargaan atas perbedaan.

Selanjutnya tentang lingkungan sosial. Lingkungan sekitar dimana kita lahir dan dibesarkan adalah pusaran dimana nilai dasar yang kita yakini terus menguat. Bayi yang lahir pada sebuah lingkungan sosial pada dasarnya tidak memiliki keyakinan apapun, namun lingkunganlah yang menciptakannya. Adapun lingkungan pergaulan yang seseorang temukan saat ia beranjak dewasa adalah lingkungan baru, dimana nilai baru akan terbentuk. Maka, pintar-pintarlah memilah teman dan lingkungan pergaulannya. Termasuk media sosial dimana setiap hari kita berinteraksi dengannya. Menjaga norma dan nilai tetap diimplementasikan walaupun kehadiran kita hanyalah dalam bentuk data digital adalah sebuah kedewasaan cara berfikir dan kebijaksanaan diri. Dalam hal ini, jauhilah rasa benci. Rasa benci merupakan seruan negatif, dimana keinginan untuk berbuat buruk biasanya meningkat. Saat fikiran banyak  membenci, maka yang akan kita lakukan selanjutnya adalah melakukan perbuatan-perbuatan yang ditentang oleh norma maupun ajaran agama. Karna tujuan selanjutnya adalah pemuasan hasrat semata. Maka jauhilah rasa benci dan iri hati, agar hati kita tidak terkotori olehnya.

Yang terakhir, berbahagialah. Karna tak pernah ada jawaban tunggal yang bisa menjawab setiap permasalahan yang kita temukan dalam rentetan kejadian sepanjang usian kita. Tapi selalu ingat, bahwa keyakinan kita tentang dunia adalah campuran dari perasaan dan pengetahuan. Berbahagialah dengan meyakini kalau esok hari matahari akan tersenyum dengan sinarnya yang cerah, dan memelukmu dengan pancaran hangat sinarnya. Yakinilah, bahwa kebaikan akan selalu hadir bagi mereka yang selalu memberikan kebaikan dan kebahagiaan bagi sesamanya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline