Lihat ke Halaman Asli

Islam Tradisonal di Kota Surakarta

Diperbarui: 13 Oktober 2024   16:57

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Masalah Islam Tradisional di Kota Surakarta yang berkaitan dengan Ulumul Qur'an

Kota Surakarta, atau yang lebih dikenal sebagai Solo, merupakan salah satu pusat kebudayaan dan keagamaan di Indonesia. Sebagai kota dengan sejarah panjang, Solo dikenal sebagai tempat berkembangnya tradisi keislaman yang kuat, terutama Islam tradisional yang berkaitan dengan ajaran-ajaran Islam yang diwariskan oleh para ulama salaf (klasik) dan pesantren. Meskipun begitu, seiring dengan perkembangan zaman, Islam tradisional di kota ini menghadapi sejumlah tantangan.

1. Modernisasi dan Pengaruh Globalisasi

Modernisasi dan globalisasi membawa pengaruh besar terhadap praktik keagamaan, termasuk di Surakarta. Islam tradisional, yang banyak terikat pada ajaran pesantren dan madrasah, harus berhadapan dengan nilai-nilai baru yang masuk dari luar. Globalisasi memunculkan berbagai pandangan keagamaan yang lebih modern, yang sering kali dianggap tidak sejalan dengan praktik Islam tradisional.

Misalnya, munculnya pandangan-pandangan tentang penafsiran Al-Qur'an yang lebih liberal atau progresif sering kali bertentangan dengan pendekatan Islam tradisional yang lebih tekstual dan terikat dengan tafsir-tafsir klasik. Hal ini memunculkan perdebatan di antara masyarakat, terutama dalam kaitannya dengan ulumul qur'an (ilmu-ilmu Al-Qur'an), seperti metodologi tafsir dan pemahaman terhadap ayat-ayat Al-Qur'an.

2. Sekularisasi Pendidikan

Salah satu tantangan utama yang dihadapi Islam tradisional di Surakarta adalah proses sekularisasi dalam sistem pendidikan. Pendidikan modern yang mengutamakan ilmu-ilmu duniawi seperti sains dan teknologi terkadang dianggap kurang memberi ruang untuk pendidikan agama yang mendalam, terutama pendidikan tentang ulumul qur'an. Di pesantren-pesantren tradisional, ulumul qur'an merupakan salah satu mata pelajaran penting, yang meliputi ilmu tafsir, ilmu tajwid, dan ilmu qira'at.

Namun, dengan meningkatnya fokus pada pendidikan formal dan akademik modern, perhatian terhadap kajian-kajian ini menjadi berkurang. Banyak orang tua di kota Surakarta yang lebih mengutamakan pendidikan formal bagi anak-anak mereka, sementara pendidikan agama ditempatkan di urutan kedua.

3. Perbedaan Pemahaman Antara Generasi Tua dan Muda

Perbedaan pemahaman agama antara generasi tua dan muda juga menjadi masalah dalam mempertahankan tradisi Islam di Surakarta. Generasi tua, yang kebanyakan masih mengikuti pola pengajaran dari pesantren tradisional, merasa khawatir akan adanya pergeseran nilai-nilai Islam dalam diri generasi muda yang lebih terbuka terhadap pengaruh luar.

Misalnya, dalam hal ulumul qur'an, generasi tua cenderung mengikuti tafsir-tafsir klasik seperti karya Imam Al-Tabari, Al-Qurtubi, atau Jalaludin Al-Mahalli dan Al-Suyuti. Sementara itu, generasi muda lebih sering terpapar pada tafsir-tafsir kontemporer yang mungkin lebih relevan dengan kondisi sosial modern. Hal ini menimbulkan ketegangan dalam hal bagaimana Al-Qur'an harus dipahami dan diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline