Lihat ke Halaman Asli

Thonthowi Dj

Networker

Angkutan Lingkungan

Diperbarui: 31 Maret 2016   11:11

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption caption="Bajaj tengah mengisi BBG. Foto: tribunews.com"][/caption]Catatan: Tulisan ketika menjadi blogger yahoo. Sudah dimuat pada 4 November 2011. Semoga bermanfaat.

Warga Jakarta tentu sudah lama mengetahui bahwa BMW (Bajaj Merah Warnanya) kini punya saudara yang berwarna biru. Bedanya, bila bajaj merah berbahan bakar solar, bajaj biru gas. Tak heran jika kemudian badan bajaj biru ada tulisan mencolok: Angkutan Lingkungan.

Tulisan itu tak salah. Bahan bakar gas memang ramah lingkungan, tak seperti seperti solar dan bensin. Tak hanya lebih bersih bagi udara, gas juga lebih murah. Sehingga, makin banyak moda transportasi yang memakai gas (seperti busway) anggaran belanja negara juga makin bisa dihemat.

Maklum, solar dan bensin premium yang kini dijual ke masyarakat masih disubsidi negara.

Wakil menteri energi Widjajono Partowidagdo pernah menghitung, harga keekonomian bensin premium sebenarnya Rp 9.000 per liter. Karena harga jual di masyarakat Rp 4.500, berarti negara menyubsidi Rp 4.500 per liter pembelian.

Bagaimana dengan gas? Jika disetarakan dengan satu liter premium, harga gas hanya Rp 3.100-Rp 3.500. Karena itu, angkutan yang memakai gas, tentu biaya operasinya lebih rendah ketimbang memakai premium.

Pemerintah telah berencana mengganti seluruh pemakaian BBM untuk transportasi dengan bahan bakar gas pada 2014. Menurut Widjajono, pemerintah bertekad program pengalihan BBM ke gas tersebut tidak lagi hanya menjadi wacana. Untuk menunjukkan tekad itu, pemerintah akan membereskan permasalahan harga gas untuk mendukung pengembangan pengalihan BBM ke gas.

Permasalahan lain yang perlu dibereskan adalah infrastruktur. Di Jakarta saja, stasiun pengisian bahan bakar gas, masih bisa dihitung dengan jari.

Di Rawamangun, Jakarta Timur misalnya, hampir tiap hari terjadi antrean yang sangat panjang, terutama bus Transjakarta, yang akan mengisi gas. Karena itu, bukan hanya angkutan lingkungan seperti bajaj biru dan bus Transjakarta yang perlu diperbanyak, namun juga pompa-pompa bensin untuk bahan bakar gas ini juga perlu ditingkatkan jumlahnya.

Kemudian, jika premium dan solar di Jakarta dan sekitarnya sudah ada depot penampungannya di Plumpang, Jakarta Utara, pemerintah perlu segera merealisasikan pembangunan terminal penampung yang rencananya akan dibangun di Teluk Jakarta.

Jika jumlah angkutan dan stasiun pengisian bahan bakar gas sudah meningkat, tetapi tak ada pasokan, ya program pengalihan BBM ke gas tak akan berjalan mulus.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline