Lihat ke Halaman Asli

Thomson Cyrus

TERVERIFIKASI

Wiraswasta, blogger, vlogger

Cerita Sukses Ibu Kurniara Simanjuntak, Sukses Beternak Ayam Kampung Berkat Membudidayakan BSF

Diperbarui: 14 Januari 2021   10:28

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

foto : dokpri

Selalu ada cerita menarik dalam setiap perjalanan kesuksesan suatu usaha. Begitu juga yang saya temukan dengan usaha ayam kampong Ibu Kurniara Simanjuntak di desa Si Marta Toba, Pangombusan, kecamatan Parmaksian, Kabupaten Toba, Sumut. Mungkin nama kecamatan tempat berdomisili ibu kurniara simanjuntak ini masih asing di telinga kita apalagi nama desa nya. Itu sebabnya cerita ini semakin menarik.

Usaha ternak ayam kampung ibu Kurniara Simanjuntak ini sedikit agak unik karena pakannya adalah maggot. Apa itu maggot? Maggot merupakan larva lalat Black soldier Fly (BSF) atau biasa disebut Lalat Tentara Hitam. Akhir-akhir ini Maggot ini sudah sangat digemari oleh para peternak ikan di darah jawa, penyebabnya adalah Maggot mengandung protein tinggi dan berkualitas yang dibutuhkan oleh ikan dan ternak ayam misalnya dan pembudidayaan maggot ini juga mudah dan membutuhkan waktu yang relative singkat, hanya 12 hari sudah bisa panen.

Maggot bisa dihasilkan oleh siapa saja dan di daerah mana saja karena Maggot hidup dari sampah organic yang dihasilkan oleh sampah rumah tangga seperti buah dan sayur yang sudah tidak layak konsumsi manusia lagi (busuk dan tidak fresh lagi).

Yang menarik adalah Ibu Kurniara Simanjuntak belajar dari Youtube untuk membuat Maggot dimulai sejak bulan November 2019. Usaha ini bermula dari rasa penasaran ibu Kurniara Simanjuntak akan Ayam kampung peliharaanya yang menurutnya saat itu susah bertumbuh dan lama besar. Maka didapatlah di youtube bahwa maggot adalah salah satu pakan ternak ayam yang protein tinggi dan berkualitas. Tak lama sesudah itu, mulailah ditangkap mereka Lalat Tentara Hitam, dimulai dengan beberapa ekor dan awalnya tidak langsung bisa bertelur. Terus dicoba dan dicoba sampai akhirnya bisa berhasil bertelur, lalu kemudian berubah menjadi larva. Larva itu dibudidayakan dimedia ember terbuka dengan media makanan seperti perut dan sisik ikan mujahir, buah yang tidak layak konsumsi lagi, juga sayur yang tidak layak konsumsi juga.

Bermula dari sana, Ibu Kurniara Simanjuntak berhasil menghasilkan Maggot. Keberhasilan Ibu Kurniara Simanjuntak menghasilkan maggot diikuti dengan keberhasilannya beternak ayam kampong. Awalnya ternak ayam kampong Ibu Kurniara Simanjuntak dimulai dari 16 ekor.

Pengalaman ibu Kurniara Simanjuntak ini layak dibagikan sebagai sebuah cerita sukses. Berawal dengan membudidayakan maggot dari beberapa ekor, kini lalat tentara hitam (BSF) yang dipelihara ibu Kurniara simanjuntak ini sudah ratusan ribu ekor bahkan mungkin hingga jutaan ekor. Nanti bisa ditonton di youtube channel saya : Thomson Cyrus.

foto : dokpri

Menurut ibu Kurniara simanjuntak ada beberapa keunggulan membudidayakan maggot di antaranya :

Pertama, Maggot mengandung protein tinggi dan berkualitas sehingga sangat baik untuk pakan ikan dan ternak ungags utamanya ayam. Menurut pengalaman ibu Kurniara simanjuntak, telur ayam kampong yang pakannya maggot sangat bagus, putih telurnya sangat kental itu artinya proteinnya sangat tinggi. Selain kualitas telur ayam kampong yang dihasilkan dengan pakan maggot bagus, daya tahan ayam kampong terhadap penyakit juga sangat bagus. Masih menurut cerita ibu kurniara simanjuntak, sejak ayam kampong yang dipeliharanya memakan pakan maggot, ayam kampong peliharaannya tidak pernah mengalami penyakit seperti yang dialami oleh peternak lainnya.

Kedua, Maggot tidak berbau, justru bau dari sampah organic itu diolah maggot menjadi tidak berbau. Itu sebabnya aman dilakukan disekitar rumah tinggal dan tidak berbahaya bagi anak-anak. Artinya budidaya maggot tidak menimbulkan atau mendatangkan sumber penyakit baru.

Ketiga, Budidaya maggot sangat ramah lingkungan. Sebab makanan larva maggot itu adalah sampah organic yang dihasilkan dari rumah tangga. Justru budidaya maggot ini menyelamatkan lingkungan dari sampah organic yang nantinya akan berubah jadi bau busuk dan dapat merusak lingkungan sekitar. Saat ini Ibu Kurniara Simanjuntak memanfaatkan limbah pasar Porsea berupa perut dan sisik ikan mujahir, buah dan sayur yang tidak layak konsumsi. Rata-rata setiap hari ibu Kurniara Simanjuntak memanfaatkan 50 kg sampah organic dari pasar porsea, kabupaten toba. Itu artinya sama dengan 1,5 ton setiap bulan dimanfaatkan ibu kurniara sampah organic pasar. Dan itu bisa mengurangi pencemaran lingkungan hidup. Bayangkan bila setiap kecamatan ada beberapa orang seperti ibu kurniara, tentu sampah-sampah organic yang dihasilkan restoran, hotel, rumah sakit bisa teratasi dengan baik.

Keempat, Selain untuk pakan ternaknya sendiri, Ibu kurniara simanjuntak juga bisa menjual telur BSF nya. Sebagai catatan, setiap satu ekor BSF bertelur menghasilkan 800 hingga 1200 butir telur dan itu bisa dijual per gram. Selain telurnya, larva dan maggotnya juga bisa di jual ibu kurniara. Dari telur hingga maggot untuk pakan membutuhkan waktu 12 hari. Bila diatas 12 hari, sudah berubah menjadi vuva yang hari ke empat belas sudah menjadi lalat BSF.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline