Lihat ke Halaman Asli

Thomson Cyrus

TERVERIFIKASI

Wiraswasta, blogger, vlogger

{Tentang Jembatan Gantung Banten} Illustrasi Surat Jokowi kepada Masyarakat Banten

Diperbarui: 28 Februari 2016   10:25

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

 

[caption caption="sumber, facebook Presiden Joko Widodo"][/caption]

Jumat, 26 februari, Presiden Jokowi mengunggah status dengan memajang 10 jembatan baru, untuk menggantikan 10 jembatan gantung yang menyeramkan di daerah Banten, yang selama ini kita menyaksikan aksi para anak-anak berjibaku melewati  jembatan gantung yang ada di atas sungai-sungai besar dengan arus air yang melimpah, yang sewaktu-waktu dapat mencuri nyawa anak anak itu.

Presiden Joko widodo dalam status facebooknya seperti biasa tidak terlalu panjang membuat narasi statusnya, sederhana dan hanya seperti memberikan informasi saja. Oleh sebab itu, media langsung memberikan judul yang bombastis dan impretasinya bermacam-macam, Jokowi Pamer Jembatan (kata-kata pamer, kan konotasinya sombong ya), padahal dalam kamus Jokowi tiada tercantum istilah sombong.

Maka ada baiknya, saya tuliskan juga ilustrasi status Jokowi itu, dalam sudut pandang lain, sebagaimana saya memahami Jokowi yaitu,

Assalamualaikum,

Dari Jokowi, Presiden Indonesia ke-7, dari lubuk hati yang paling dalam, dalam sukacita yang tersenyum.

Kepada saudara-saudara masyarakat Banten, anak-anakku yang tercinta dengan semangat saling bergotong royong, kita membangun optimisme yang akan mengantarkan kita menjadi Bangsa yang maju dan dihormati oleh dunia.

Ucapan syukur dan doa.

Saya selalu mengucap syukur kepada Tuhan, setiap kali saya beriktiar dan berkhidmat untuk dapat merasakan segala apa yang dialami oleh saudara-saudara yang jauh dari pandangan dan jangkauan saya sebagai Presiden. Melihat berbagai berbagai permasalahan yang saudara alami dan anak-anak yang telah berjuang untuk sekolah, melewati berbagai rintangan dan hambatan yang sewaktu-waktu dapat mencabut nyawa oleh bencana yang kapan saja dapat terjadi di daerah saudara-saudara, dimana anda dan anak-anak tinggal bersama.

Pembangunan yang saudara-saudara dapatkan memang belum cukup adil, meski kita sudah lama merdeka. Terkadang hati miris melihat, bibir bergetar mengatup menahan amarah, mengapa berpuluh-puluh tahun saudara-saudara terlupakan, sementara para pemimpin kita selama ini banyak yang hidup mewah dan berkelimpahan?

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline