Sejenak kita lupakan permasalahan JIS, kita telusuri sejenak apa yang dilakukan anak-anak lain di sudut kota yang lain. Saya mencoba memberitakan kegiatan anak-anak kecil di perumahan Jatimulya, Bekasi Timur, dalam rangka memperingati Hari Kartini.
Perjuangan Kartini untuk mengangkat kaum perempuan agar setara dengan laki-laki adalah hal yang patut kita syukuri semua. Sebagai laki-laki, kita tidak terzhalimi dengan adanya kesetaraan antara perempuan dan laki-laki. Kita malah terbantu dengan banyaknya perempuan yang telah berprestasi dan memiliki ilmu dan wawasan yang baik. Tak terkecuali di rumah kompasiana, banyak kita temukan perempuan-perempuan hebat dan berprestasi.
Menarik, melihat kegiatan yang dilakukan oleh sekolah PAUD BIMBA AIUEO, cabang Jatimulya, Bekasi Timur. Mereka mengadakan kegiatan pawai keliling dengan menggunakan pakaian adat khas daerah masing-masing. Tentunya kegiatan serupa sudah banyak di berbagai tempat dan sudah berulangkali. Kita patut hargai program guru-guru PAUD ini untuk selalu mengenang jasa-jasa Ibu Kartini dengan mengedukasi anak-anak kecil tentang jati diri masing-masing. Tujuannya tentu bukan untuk menonjolkan kehebatan budaya masing-masing, tetapi tujuannya adalah mengenalkan jati diri anak bangsa, dengan semangat perbedaan tetapi satu bangsa. Masing-masing diajarkan untuk mengenal jati dirinya, sekaligus memahami perbedaan yang ada. Ini yang menarik bagi saya, sebab pengenalan budaya sejak dini, sangat penting untuk membangun karakter bangsa.
Bangsa yang besar adalah bangsa yang berkarakter dan berbudaya, sekaligus bangsa yang tidak lupa dengan sejarah bangsa. Sejarah, dimana ada seorang Kartini, pejuang pendidikan bagi kaum perempuan. Kaum yang membesarkan anak-anak dengan wawasan dan ilmu yang baik. Kegiatan ini mengingatkan kita bahwa wawasan perempuan akan berdampak terhadap perkembangan dan pertumbuhan anak bangsa.
Selalu ada harapan untuk merajut masa depan bangsa dengan mendidik anak-anak dengan perbedaan yang ada, setali tiga uang, rumah kompasiana juga akan besar, jika kita dapat memelihara perbedaan dengan matang, karena perbedaan itulah kekayaan kita. Kita tentu tidak senang dengan homogenitas yang dangkal, tetapi kita ingin heterogenitas akan memperkaya kita sebagai sebuah bangsa.
Yang juga tak kalah menarik adalah bagaimana suasana bathin para ibu-ibu muda ini, di dalam mempersiapkan anak-anaknya sehingga berpakaian menarik dan berusaha secantik dan seganteng mungkin. Nah, di sinilah, saya memperhatikan kesabaran mereka diuji sebagai kartini-kartini masa kini. Pendidikan mereka sebagai kartini masa kini sangat berdampak terhadap cara mereka mengatasi perilaku anak-anak kecil ini. Saya bisa rasakan tadi pagi, bagaimana kesabaran mereka benar-benar diuji.
Kita bisa bayangkan anak kecil, didandani sedemikian rupa. Ada yang nangis, ada yang tidak mau memakai baju adat itu, ada yang lari-lari, macam-macam, hingga saya memperhatikan tingkah para kartini masa kini (ibu-ibu muda itu) dari yang kesal biasa saja, marah-marah, hingga emosi tingkat dewa. Mereka memang bertujuan untuk yang terbaik, tetapi dari sini saja, bisa kita rasakan bagaimana pentingnya perjuangan yang dilakukan oleh ibu Kartini dulu, begitu berdampak ke masa sekarang.