"Abstrak itu bukan seenak sendiri, namun terjadilah menurut kehendak"- Sidik Martowidjojo.
Seni lukis Indonesia sedang menggeliat seiring dengan naiknya popularitas film "Mencuri Raden Saleh." Beberapa dari kita yang sudah menonton, mungkin akan memahami bahwa lukisan adalah suatu aset intelektual yang lahir dari olah rasa dan karsa manusia serta merupakan medium yang dapat menjelaskan berbagai peristiwa, perasaan, dan kritik terhadap sesuatu dengan cara yang tidak biasa, atau mudahnya, kreatif nan unik.
Salah satu pelukis kenamaan Indonesia yang lukisan-lukisanya telah diakui oleh dunia internasional sekaligus telah menorehkan berbagai prestasi kelas dunia adah Sidik Martowidjojo. Lewat kepiawaiannya dalam mengkawinkan teknik melukis Tiongkok dengan Barat serta kecerdikannya dalam menggunakan pendekatan filsafat Taoisme dalam lukisannya, membuat Sidik patut diakui sebagai salah satu maestro lukis Indonesia.
Perkenalan Singkat
Pelukis kelahiran Malang, 24 September 1936 itu telah lebih dari 25 tahun lamanya malang melintang di bidang kesenian lukis dengan memadukan konsep Tiongkok dan Barat dalam kanvasnya. Berbagai penghargaan bergengsi, eksibisi, kolaborasi ternama, penolakan, kegetiran hidup, dan titik terendah dalam berkesenian telah menghantarkannya menjadi salah satu pelukis kenamaan Indonesia yang patut untuk dihormati dan disegani.
Penulis beruntung dapat bertemu dengan Sidik secara langsung di hari terakhir acara eksibisi lukisannya yang berjudul "Voyage to Wisdom," pada tanggal 27 Oktober 2022 lalu di Museum Nasional Indonesia, Jakarta Pusat. Pelukis dengan nama kanvas "Pit Mabuk" itu mulai membagikan awal perjalanan hidupnya menjadi salah satu pelukis kenamaan Indonesia. Penulis pertama bertanya pada Sidik mengenai nama kanvasnya yang unik itu.
Taosime dan Asal Muasal sebuah Nama
Sidik bercerita jika nama "Pit Mabuk" terdiri dari dua kata, yakni "pit" yang artinya kuas untuk melukis kaligrafi Tiongkok dan kata "mabuk" itu sendiri. Kata mabuk dipilih karena Sidik terinspirasi oleh ajaran filsafat Taoisme mengenai konsep alam semesta. Dia menerangkan bahwa alam semesta itu menciptakan dirinya sendiri seperti orang yang sedang "mabuk," karena alam tercipta oleh kehendaknya sendiri tanpa direncanakan ataupun dikonsepkan.
Hal ini lah yang kemudian menginspirasi Sidik untuk meminjam istilah "mabuk" sebagai nama kanvasnya. "Mabuk" dalam pemahamannya itu dimaknai agar dirinya dapat selalu menyatu dengan kehendak dan keinginan alam semesta seutuhnya, utamanya ketika dirinya sedang membuat suatu karya lukis. Konsep "mabuk" ini tercermin dari berbagai lukisannya, yang menurut pengakuannya memang tidak pernah direncanakan atau dikonsepkan sebelumnya.
"Ya kata mabuk itu jangan dipikir negatif, karena mabuk itu ya segala sesuatu yang ga direncanakan dan dikonsepkan sebelumnya, dan dia terjadi sesuai dengan kehendaknya. Jadi ya kata mabuk itu saya pahami sebagai konsep karakter saya dalam melukis, tanpa rencana, tanpa persiapan, tanpa konsep," tutur Sidik.