Lihat ke Halaman Asli

Thomas Panji

TERVERIFIKASI

Content Writer

Roti Kembang Waru, 400 Tahun Semarakkan Cita Rasa Nusantara

Diperbarui: 10 Mei 2022   05:47

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Tumpukan roti kembang waru yang baru saja matang di atas tampah | Dok. pribadi/ Thomas Panji

“Roti memang bukan makanan pokok kita. Tapi kehadirannya telah lama berkembang jauh sebelum kolonial datang”

Roti adalah salah satu produk pangan yang telah lama berkembang di tengah jagat kuliner nusantara. Tidak seperti halnya masyarakat Eropa yang mengkonsumsi roti sebagai makanan pokok, budaya makan roti di masyarakat Indonesia, kebanyakan berkaitan erat dengan menu makanan penutup atau menu untuk camilan. Dalam banyak catatan sejarah kuliner, budaya makan roti di Indonesia pertama kali dipengaruhi dan dipopulerkan oleh pemerintah kolonial. 

Itu berarti kebiasaan makan roti kira-kira baru berkembang dan populer ketika memasuki abad ke-19. Tapi, pertanyaan yang membuat penulis skeptis adalah apakah orang Indonesia sudah punya budaya makan roti jauh sebelum roti bercita rasa Eropa menginfluensi lidah nusantara? 

Setelah ditelusuri lewat pencarian di internet dan membaca sejumlah artikel, penulis menemukan fakta bahwa orang nusantara ternyata sudah punya budaya makan rotinya sejak lama.

Di sebuah kampung, bernama Kampung Bumen, Kotagede, Yogyakarta, kita dapat menemukan sejarah dan budaya makan roti yang sudah berkembang dan bertahan selama lebih dari 400 tahun lamanya, roti tersebut bernama roti Kembang Waru. 

Roti ini sudah hadir sejak era awal berdirinya Kerajaan Mataram Islam, atau pada saat masa kepemimpinan Panembahan Senopati pada tahun 1586. Roti kembang waru adalah bukti nyata dari keberadaan budaya makan roti di nusantara.

Seperti halnya kuliner Indonesia lainnya, roti kembang waru tentu juga memiliki akar sejarah yang panjang serta mengandung filosofi yang sangat mendalam. 

Untuk bisa menemukan panganan legendaris yang satu ini, kita dapat berkunjung ke salah satu toko roti rumahan milik Basiran Basis Hargito (78). 

Basis atau yang biasa dikenal warga setempat sebagai pak Bas adalah salah satu dari lima produsen roti kembang waru yang masih bertahan hingga hari ini.

Basis adalah salah satu pemilik usaha toko roti kembang waru yang paling tua di Kampung Bumen, Kotagede. Basis bersama dengan istrinya Gidah (69), sudah merintis usaha berjualan roti kembang waru sejak tahun 1983. 

Toko roti kembang waru milik Basis sudah sering menjadi langganan para turis dan sudah sering menerima berbagai penghargaan. Untuk dapat sampai ke lokasi, dibutuhkan kesabaran ekstra serta jangan lupa juga untuk sering bertanya-tanya orang di jalan.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline