Amanda berada di atas panggung. Sambil menatap ke depan dan memfokuskan pandangannya di kursi-kursi kosong yang berada tepat di tengah ruangan auditorium sekolahnya itu, Amanda mulai membuka bibirnya dan mulai bernyanyi. Suaranya terdengar bergetar, tangannya yang memegang mic berusaha mengatur jarak dengan bibirnya untuk mengatur suara. Nyanyian yang bagus sebenarnya, tapi saat Amanda sedang menyanyi dia sendiri tahu bahwa dia masih harus terus berlatih jika memang mau memenangkan kompetisi menyanyi untuk memperebutkan beasiawa jurusan kesenian di salah satu universitas terbaik di daerahnya.
Setelah selesai mengatakan lyric terakhir di lagu yang Amanda nyanyikan, hanya ada satu orang yang bertepuk tangan menyemangatinya, karena memang auditorium sekolahnya saat itu sedang kosong. Dia adalah Michael, teman Amanda sejak kecil. Amanda tersenyum menatap Michael sambil turun dari panggung. "Bagaimana? Apakah penampilanku semakin baik?" tanya Amanda pada Michael, "Ya, tentu saja... Aku rasa kamu akan memenangi kompetisi itu Amanda!" jawab Michael menyemangati Amanda. "Tidak, aku rasa penampilanku tidak jauh berbeda di banding kemarin, Michael gimana dong.. Aku merasa ga mungkin menang!" Amanda berkata khawatir.
Michael mengerti perasaan Amanda, Michael tahu Amanda harus mendapatkan beasiswa ini karena itu adalah satu-satunya harapan bagi Amanda untuk melanjutkan pendidikannya. Karena berteman sejak kecil Michael tahu Amanda hidup di keluarga yang sangat sederhana, Ayahnya hanya bekerja sebagai pegawai toko sedangkan ibunya sebagai ibu rumah tangga. Amanda adalah anak yang tertua, dia masih memiliki dua orang adik laki-laki. Selama ini Amanda bisa bersekolah di sekolah swasta terbaik di daerahnya hanya karena Beasiswa yang ia dapat saat SMP.
Kehidupan Amanda sangat kontras jika dibandingkan dengan kehidupan Michael. Ayah Michael adalah pengusaha yang sukses dan keluarganya adalah yang terkaya di daerah itu. Michael sering menawarkan bantuan pada Amanda tapi selalu di tolak mentah-mentah oleh Amanda,
Mungkin saja karena sifat Amanda yang suka berusaha keras sendiri itulah yang membuat Michael betah bergaul dengan Amanda.Michael mengelus rambut di kepala Amanda dengan tangannya sambil berkata, "Tenang saja.. Kamu pasti akan tampil hebat di pertunjukkan itu" Amanda menyingkirkan tangan Michael dari rambutnya dan menjawab singkat "aku harap juga begitu.." saat itu sedang istirahat siang, setelah berlatih menyanyi dan bel masuk kelas berdencing Amanda dan Michael kembali ke kelas mereka.
Keesokan harinya Amanda sedang berada sendirian di taman dekat rumahnya. Saat itu mulai malam, matahari mulai masuk digantikan cahaya bulan. Amanda duduk di salah satu kursi panjang di taman itu, Dia sangat khawatir. besok adalah hari kompetisi menyanyinya, Dia menatap lantai taman dan mulai berkata dalam hatinya, bagaiman jika aku gagal.. Semuanya akan berakhir jika aku tidak menang. Aku akan mengecewakan ayah dan ibu, aku adalah satu-satunya harapan mereka, Aku sangat
ingin membuat mereka bangga.
Saat sedang memikirkan apa yang akan terjadi jika ia gagal menang besok, seorang pria tua menghampirinya dan berkata "Nak, bolehkah aku duduk disebelahmu?" "Tentu saja, silakan kek" kata Amanda tersadar dari lamunannya dan berkata sambil tersenyum pada si kakek. Dengan perlahan si kakek mengambil tempat duduk di sebelah Amanda dan memandang matahari yang sedang terbenam.
Hening beberapa lama, si kakek berkata lembut pada Amanda "Kamu sepertinya sedang gelisah.." Amanda menjawab "Tidak apa-apa kek, aku hanya sedikit lelah" "Nak, jika kamu sudah setua kakek nantinya kamu akan belajar jika saat seorang sedang gelisah sepertimu dan mengatakan dirinya tidak apa-apa, maka orang itu pastilah sedang ada apa-apa. Betul kan?" Amanda terkejut, bagaima kakek ini bisa mengetahuinya? "Sebenarnya kek, aku sedang khawatir karena aku merasa tidak bisa melakukan yang terbaik." entah mengapa Amanda merasa aman bercerita pada kakek asing ini, sehingga ia melanjutkan "Besok adalah hari yang besar bagiku. Aku akan ikut lomba menyanyi dimana jika aku berhasil menang aku akan mewujudkan impianku untuk masuk ke universitas yang aku kagumi sejak kecil."
Amanda terdiam sejenak dan melanjutkan "Tapi jika aku gagal, aku akan mengecewakan banyak orang dan masa depanku akan habis" ketakutan semakin menguasai Amanda saat ia mengatakan ini. Si kakek tersenyum mendengar cerita Amanda dan berkata "Dulu, bertahun-tahun yang lalu aku ingat ada seorang pria yang sama sepertimu. Saat itu pria ini sedang duduk di kursi taman persis seperti ditempatmu sekarang duduk, dan dia juga sedang sangat khawatir." Amanda merasa penasaran dan bertanya "Siapa orang itu?"
"Kakek juga tidak mengenalnya. Saat itu Kakek juga duduk disebelahnya dan mendengar ceritanya, pria itu bercerita bahwa ia sedang khawatir karena esok hari ia akan di wawancara kerja di salah satu perusahaan terkemuka. Berkerja di perusahaan itu adalah impiannya sejak kecil. Dia merasa jika dia gagal diterima di perusahaan itu maka hidupnya akan berakhir" bagaimana ada orang yang begitu mirip dengan keadaanku sekarang? Kata Amanda dalam hatinya sendiri. "Lalu apa yang kakek katakan pada pria itu?" Amanda bertanya.
"Aku mengatakan hal ini padanya waktu itu, dan aku mengatakannya lagi untukmu sekarang 'Percayalah pada dirimu sendiri!'" Amanda terdiam. Si kakek melanjutkan "Nak, ketahuilah Tuhan tidak memintamu untuk berhasil, tapi Ia memintamu untuk mencoba melakukannya. Percayalah pada dirimu sendiri, lakukan apa yang kamu bisa dan serahkan sisanya pada Tuhan. Jika kamu berhasil maka mengucap syukurlah padaNya, jika kamu gagal juga tetap mengucap syukurlah padaNya." Amanda merasa ada kelegaan di hatinya saat mendengar perkataan kakek itu. "Jika nantinya kamu tidak berhasil, itu bukanlah akan menjadi akhir dari dunia ini. Hidupmu akan terus berlanjut, hanya saja bagaimana kamu akan menjalani hidup itu yang akan membuat perbedaan yang besar. Akankah kamu hidup dengan kepala tertunduk karena kegagalanmu atau kamu akan hidup dengan kepala tegak, karena kamu puas telah mengusahakan semua yang kamu bisa. Akhirnya responmulah menghadapi suatu kegagalan yang akan mempengaruhi segalanya"
Wow, Aku sama sekali tidak pernah memikirkan hal ini sebelumnya, kata Amanda pada dirinya sendiri. "Kek, aku tidak mengenal kakek. Tapi aku merasa apa yang kakek katakan itu benar, aku seharusnya tidak perlu khawatir akan hari esok asal aku mengeluarkan semua yang bisa aku lakukan, terima kasih kek!" Amanda berkata lalu berdiri. "Aku berjanji pada Kakek akan melakukan apa yang bisa aku lakukan dan tidak akan menyesal dengan hasil yang aku dapat." Setelah itu Amanda pulang ke rumahnya menantikan hari esok dengan sangat bersemangat.