Lihat ke Halaman Asli

Thomas E. Kabu

Pendidik, Penulis dan Pegiat Literasi

Membangun Budaya Literasi dengan Pemanfaatana Bahan Cerita Rakyat

Diperbarui: 22 Maret 2021   17:51

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ruang Kelas. Sumber Ilustrasi: PAXELS

Oleh : Thomas E. Kabu, S.Pd

Buku adalah jendela dunia. Kunci untuk membukanya adalah membaca. Ungkapan ini secara jelas menggambarkan manfaat membaca, yakni membuka, memperluas wawasan dan pengetahuan seseorang. 

Berbagai penelitian membuktikan bahwa lingkungan, terutama keluarga, merupakan faktor penting dalam proses pembentukan kebiasaan membaca. 

Kemampuan membaca mempunyai peran dan menjadi salah satu kunci dalam kesuksesan dikehidupan seseorang karena setiap informasi dan pengetahuan apapun yang diperoleh tidak terlepas dari kegiatan membaca. 

Tidak berbeda dengan membaca, menulis pun memiliki peran tersendiri bagi kehidupan seseorang. Perkembangan teknologi dan informasi pada abad 21 ini telah mengubah cara pandang seseorang dalam belajar, mengubah sifat pekerjaan yang manual menjadi berbasis komputer. Selain itu, perkembangan teknologi juga memberikan dampak perubahan pada makna hubungan sosial yang jauh menjadi lebih dekat tanpa terkendala jarak. 

Pada era ini, pengambilan keputusan bersama, beradaptasi, dan berinovasi menjadi salah satu aspek yang sangat penting. Oleh karena itu, sekolah ditantang untuk mampu membuat peserta didik memiliki kecakapan dalam berkomunikasi, berbagi, berpikir kritis, menggunakan teknologi untuk memecahkan masalah, beradaptasi dan berinovasi serta memperkaya kemampuan teknologi untuk menciptakan pengetahuan baru.

Pada tahun 2013 Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan melalui Peraturan Menteri nomor 23 tahun 2013 mencanangkan sebuah gerakan literasi sekolah untuk membantu peserta didik dalam menumbuhkan budaya membaca dan menulis dilingkungan sekolah. 

Literasi telah menjadi isu terkini yang selalu dibicarakan. Penuh keyakinan bahwa masa depan bangsa dititipkan lewat kemampuan literasi anak negeri, membuat dunia pendidikan berkomitmen mengembangkan kegiatan literasi membaca. 

Aktivitas membaca memang mudah, tetapi ternyat sulit untuk memahami makna sebuah tulisan. Ada yang mampu tentang literasi, tetapi tidak mau mengembangkan literasi. Sehingga kualitas literasinya berkurang. 

Banyak aspek yang memungkinkan tak peduli dengan literasi. Kebiasaan terhadap segala sesuatu yang praktis, membuatnya tidak mengetahui bahwa proses berkembang itu dengan membaca. Seringkali kita mengabaikan dan meremehkan hal- hal kecil.

Kegiatan literasi memang merujuk pada kemampuan dasar seseorang dalam membaca dan menulis. Sehingga selama ini, strategi yang dilakukan untuk meningkatkan kemampuan tersebut adalah menumbuhkan minat membaca dan menulis. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline