Baru-baru ini saja melakukan perjalanan ke Jember, dari Surabaya dengan kereta api, memakan waktu sekitar 4 jam. Kota yang lumayan asyik untuk jalan-jalan dan kulineran. Apa lagi di kota ini ada perhelatan besar tingkat dunia setiap tahunnya. Ya agenda tahunan yang ditunggu-tunggu itu adalah Jember Fashion Carnaval (JFC). Penggagas perhelatan akbar JFC ini adalah orang Jember asli, almarhum Dynand Fariz. Siapakah Dynand Fariz ini? Sosok luar biasa yang membidani acara fashion berkelas internasional di kota kecil di Jawa Timur, Jember.
Dynand Fariz lahir di Kabupaten Jember, Jawa Timur pada tanggal 23 Mei 1963. Selain menyelesaikan pendidikan di IKIP Surabaya (sekarang Universitas Negeri Surabaya), dia juga menempuh pendidikan di Sekolah Mode ESMOD Jakarta dan ESMOD Paris. Namanya mulai dikenal luas di seluruh Indonesia bahkan dunia ketika berhasil menjadikan Jember Fashion Carnaval sebagai salah satu even fashion yang disegani berkat keunikannya sebagai cat walk fashion show terpanjang di dunia.
Dynand merupakan penggagas sekaligus presiden Jember Fashion Carnaval yang rutin menyelenggarakan festival fashion tahunan sejak 2003. Pada tahun 2014 lalu, Dynan terlibat dalam perancangan busana yang dikenakan oleh peserta Miss Universe perwakilan Indonesia, Elvira Devinamira, yang berkompetisi dalam Miss Universe 2014 yang diselenggarakan di Florida, Amerika Serikat pada 25 Januari 2014. Atas kreativitas Dynan, Elvira yang mengenakan kostum seberat 20 kg bertema The Chronicle of Borobudur, itu memenangi penghargaan Best National Costume.
Sayangnya pendiri sekaligus Presiden Jember Fashion Carnaval (JFC) ini telah meninggal dunia di RS Jember Klinik pada Rabu pagi tanggal 17 April 2019 karena sakit. Dynand Fariz meninggal karena sesak nafas. Dynand menjalani perawatan di rumah sakit, setelah dua hari sebelumnya mengeluh mengalami sesak nafas.
Hingga tahun 2017, presiden JFC Dynand Fariz mengumumkan bahwa JFC menempati posisi ke-3 Karnaval level dunia setelah Nottinghill, Amerika Serikat dan Reunion, Prancis. Untuk mencapai peringkat 3 dunia tidaklah semudah membalikkan telapak tangan. Dari tahun ke tahun JFC dinilai selalu membawa tema segar yang sedang happening di kalangan masyarakat dunia. Bahkan penghargaan dunia untuk JFC sangat banyak dan diantaranya ialah even penghargaan kelas dunia.
Pada tahun 2016 JFC telah menuai prestasi internasional yang sangat membanggakan yakni berhasil menjadi juara ketiga atau second runner up dalam ajang Carnaval International de Victoria, di Seychelles. Event penghargaan tersebut ialah ajang penghargaan festival busana dunia yang sangat berkelas dan populer. Penghargaan ini sangatlah berarti untuk JFC sendiri dan sangat membuat bangga ibu pertiwi.
Sejak dimulainya karnaval fashion ini pada tahun 2003, yang membuat karnaval JFC ini mendunia ialah tema busana yang tegas dirujuk dari kenusantaraan dan dikombinasikan dengan hal-hal yang sedang viral dan trending di dunia nyata maupun dunia maya. Lebih uniknya lagi, semua busana yang dibuat dalam bentuk kostum terbuat dari bahan-bahan seadanya yang menunjang nilai estetika dari busana itu sendiri. Karnaval ini diikuti sebanyak 3500 an peserta dan dilaksanakan selama 4-5 berturut-turut.
Arena yang digunakan untuk gelaran JFC ini adalah jalan utama kota Jember sepanjang hampir 4 kilometer. Karnaval ini disaksikan ratusan ribu penonton domestik dan internasional yang menjadi satu di sepanjang jalan. Mayoritas peserta yang mengikuti JFC terdiri dari masyarakat Jember. Selebihnya adalah artis lokal dan ibukota yang terlibat dalam acara ini.
Walaupun sang maestro penggagas JFC telah tiada, Gelaran mode Jember Fashion Carnaval tahun 2019 tetap berlangsung dengan super meriah. JFC ke-18 ini merupakan ajang pertama yang dibuka tanpa kehadiran sang pendirinya yang telah tiada. Waktu itu, Pembukaan JFC 2019 dilangsungkan di halaman Kantor Pemerintah Kabupaten Jember, Jawa Timur. Pembukaan ini dihadiri oleh Bupati Jember Faida dan desainer Anne Avantie. Walau tanpa kehadiran Dynand, karnaval ini disebut tetap membawa semangat sang pendiri.
Karnaval bertaraf internasional ini mengangkat tema "Tribal Grandeur" yang berarti keagungan suku-suku bangsa di dunia. Sebanyak delapan defile suku bangsa akan ditampilkan di karnaval ini yakni Suku Bangsa Aztec (Meksiko), Mongol (Mongolia), Zulu (Afrika Selatan), Viking (Norwegia), Karen (Thailand), Polynesia, dan Indonesia yang diwakili oleh Suku Minahasa (Sulawesi Utara) dan Hudoq (Kalimantan Timur).
Selain itu, JFC 2019 ini juga merupakan JFC pertama yang diikuti oleh Anne Avantie. Bupati Faida menyebut perancang yang akrab disapa Bunda Anne itu memberikan suntikan semangat baru untuk JFC sepeninggal Dynand. Anne pun mengaku keikutsertaannya di JFC kali ini merupakan janjinya untuk Dynand yang belum sempat ditepati sebelumnya.