Apa saja permasalahan kebutuhan energi listrik di Indonesia?
Menurut Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) komsumsi listrik di Indonesia semakin meningkat sejak 2015. Bahkan, pemerintah sudah memproyeksikan bahwa tahun 2060 kebutuhan listrik di Indonesia dapat mencapai 1.885 Terawatt Hour (TWh) dengan demand PLN sekitar 1.728 TWh, dan demand non-PLN sekitar 157 TWh. Namun, Indonesia masih mengalami kesulitan dalam memenuhi kebutuhan energi listrik masyrakat. Hal ini dapat terlihat dari kapasitas pembangkit listrik pada 2021 "hanya" sebesar 1.901,74 Mega Watt (MW) atau 30,7% dari target yang ditetapkan sebesar 6.187,91 MW.
Di Indonesia, Sebagian besar energi listrik yang dipakai masyarakat dihasilkan melalui Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) berbasis batu bara. Pemakaian batu bara sebagai pembangkit listrik ini dapat menyebabkan pencemaran dan memberi dampak buruk ke lingkungan. Batu bara juga merupakan sumber daya alam yang tidak dapat diperbarui sehingga pemakaiannya dalam jumlah besar akan menyebabkan kelangkaan batu bara dan harga batu bara yang melonjak. Oleh karena itu, diperlukan solusi baru, untuk menangani masalah ini, yakni Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN).
Kenapa PLTN?
Biasanya orang-orang Indonesia saat mendengar kata "nuklir" sudah takut terlebih dahulu. Orang-orang Indonesia mengaitkan kata "PLTN" ini dengan peristiwa-peristiwa seperti Chernobyl ataupun Three Mile Island. Namun nyatanya, negara-negara Eropa banyak yang membangun PLTN. Bahkan menurut Forrest J. Remick, profesor emeritus teknik nuklir, menyatakan: "Nuclear plants are very safe". Ini ditunjukkan dengan membandingkan tingkat kecelakaan industri untuk PLTN yang hanya 0,24 per 200.000 jam-kerja, dibandingkan dengan 3,5 kecelakaan per 200.000 jam-kerja untuk seluruh industri manufaktur di AS (14,6 kali lebih besar).
PLTN sendiri memiliki banyak keunggulan dibandingkan pembangkit listrik yang lain, yakni dapat menghasilkan daya yang besar, berkisar 40 Mwe sampai mencapai 2000 Mwe. Selain itu, PLTN menghasilkan daya yang stabil dan tidak tergantung dari iklim, seperti PLTS (Pembangkit Listrik Tenaga Surya) ataupun PLTA (Pembangkit Listrik Tenaga Angin). PLTN juga merupakan pembangkit listrik yang ramah lingkungan karena bebas karbon. Hal ini membuat PLTN menjadi solusi untuk Indonesia menuju NZE (Net Zero Emission).
Apa Tantangan Dalam Membangun PLTN di Indonesia?
Ada beberapa proses yang harus dilalui Indonesia dalam membangun PLTN. Salah satunya adalah SDM yang ahli dalam PLTN. Selain itu, penilaian masyrakat terhadap nuklir yang buruk. Oleh karena kedua hal itu, perlu adanya peningkatan edukasi yang tinggi di masyarakat terkait manfaat, aspek keselamatan, dan aspek keamanan dari penggunaan teknologi nuklir. Selain itu, diperlukan juga banyak pelatihan dan seminar mengenai PLTN untuk menciptakan SDA yang ahli dalam bidang nuklir ini. Hal itu pastinya dapat terlaksana jika masyarakat sudah menerima adanya PLTN di Indonesia
Jadi, PLTN merupakan solusi untuk mengatasi berbagai masalah energi di Indonesia. Akan tetapi, masyarakat perlu meningkatkan pemahaman mengenai PLTN dan itu dapat dimulai dari kita.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H