Kebebasan yang ada dalam diri manusia sering kali diartikan hanya sebatas ketiadaan atau absennya tindakan paksaan atau kekangan dari luar diri manusia itu sendiri. Paksaan atau kekangan itu dapat berupa aktivitas fisik, psikologis, sosial, historis, dan lain sebagainya. Hasilnya, tindakan manusia lebih sering dipengaruhi dari apa yang ada di luar dirinya yang membebaskan. Jika demikian, maka manusia yang bertindak tersebut justru tidak dapat dikatakan bebas sebab kebebasan sejati sesungguhnya berasal dari dalam diri yang mampu menentukan diri. Dalam tradisi individualis dan liberalis Eropa, seseorang dapat dikatakan bebas apabila ia dapat memilih tujuan-tujuan atau tindakan-tindakan baginya. Menurut tradisi ini, ketika seseorang berbuat berdasarkan kehendaknya sendiri tanpa adanya paksaan dari pihak lain, maka orang itu dikatakan bebas. Walaupun begitu, pada realitasnya, situasi di luar diri manusia juga tidak dapat dinihilkan ketika berbicara tentang kebebasan.
Bertolak dari pemahaman di atas, maka konsep tentang kebebasan tidak dapat dibatasi hanya berkaitan tentang "bebas dari apa" tetapi juga memuat "bebas untuk apa". Inilah yang disebut sebagai kebebasan eksistesial dari manusia itu sendiri. Dengan adanya kebebasan eksistensial, seseorang dapat keluar dari dirinya untuk kemudian menentukan dirinya sendiri. Ketika seorang bebas secara eksistensial, maka secara otomatis kebebasan itu menciptakan suatu keterbatasan atau bisa dikatan menuntut adanya tanggungjawab dari diri yang bebas. Kebebasan eksistensial tidak bisa pernah bisa lepas dari keterikatan atau tanggungjawab. Oleh karena itu bagaimana kebebasan itu bagi manusia, serta kaitannya dengan tanggungjawab yang semakin membebaskan manusia?
Arti dari Kebebasan
Pengertian kebebasan dapat dilihat dari sudut pandang umum dan sudut pandang khusus. Dalam pengertian umum, kebebasan bersifat negatif karena dikaitkan dengan kata "tidak". Dalam pengertian ini, kebebasan berarti tidak ada paksaan, tidak ada hambatan, tidak ada halangan, atau tidak ada aturan. Contoh, bila dalam suatu sekolah dikatakan bahwa setiap siswa bebas dari uang sekolah, maka artinya seluruh siswa berarti tidak diwajibkan membayar uang sekolah.
Kebebasan dalam pandang umum tersebut tentu belum menunjukkan tentang kebebasan eksistensial manusia. Pandangan umum tersebut hanya akan meletakkan kebebasan pada sesuatu yang ada di luar diri manusia. Jika kebebasan dimengerti sebagai ketiadaan hambatan-hambatan eksternal untuk bergerak, maka itu bukanlah sesuatu yang khas bagi manusia sebab kebebasan yang demikian juga berlaku bagi makhluk-makhluk lain yang bukan human. Kebebasan yang ada pada manusia bukanlah pada ketiadaan hambatan-hambatan saja sebab kebebasan adalah cara berada secara positif. Artinya, di dalam kebebasan itulah manusia berkemampuan untuk menentukan dirinya. Kemampuan untuk menentukan diri inilah yang membawa manusia pada peyempurnaan diri, kesanggupan untuk memilih dan memutuskan, dan kemampuan untuk mengungkapkan pelbagai dimensi kemanusiaan. Inilah yang khas dalam diri manusia.
Penyempurnaan Diri
Manusia disebut bebas kalau ia mampu mengarahkan dirinya menuju kesempurnaan. Ia tidak mau berhenti pada status quo atau kemapanan. Orang bebas selalu menginginkan adanya perkembangan dalam dirinya. Melalui refleksi dan evaluasi, ia mengetahui keburukan perbuatan dan perilakunya. Setelah mengetahui keburukannya ia mengupayakan perbaikan.
Selain itu, hidup manusia juga adalah sebuah proses, yakni proses menjadi yang terus menerus. Manusia baru sungguh-sungguh hidup atau menghayati hidupnya kalau ia membentuk dirinya secara berkelanjutan. Hakikat keberadaan manusia terletak dalam bagaimana dia secara aktif, kreatif, dan inovatif memanfaatkan pengalaman masa lalunya demi mewujudkan sesuatu yang baru untuk memberikan intensitas pengalaman hidup secara lebih mendalam lagi.
Kesanggupan untuk Memilih dan Memutuskan
Pengertian kebebasan secara khusus juga terkait dengan kesanggupan manusia untuk memilih dan menentukan diri. Sebagaimana yang telah dituliskan sebelumnya, di dalam realitas hidupnya, manusia selalu dihadapkan pada pilihan (pro dan kontra) yang membuat manusia harus membuat keputusan. Dengan adanya kebebasan, manusia memiliki potensi untuk memilih dan menentukan arah hidupnya.